Tadinya saya mau menulis edisi kota dan gaya hidup ini dalam 1 pages saja, tapi setelah dipikir-pikir kalau saya menuliskannya dalam 1 pages jadinya bakal panjang sekali, daripada yang baca nantinya jadi pusing, akhirnya saya putuskan untuk di bagi menjadi beberapa bagian.
Pada bagian kedua edisi kota dan gaya hidup ini saya akan mengulas tentang pengalaman saya di Shenzhen, kota kedua yang saya kunjungi di RRC. Shenzhen termasuk salah satu kota besar di RRC yang namanya cukup dikenal ditelinga para wisatawan Indonesia. Biasanya kota ini selalu dikunjungi dalam paket perjalanan bersama dengan Hongkong, Shenzhen dan Macao, lebih terkenal dengan singkatan HongSeMao. Lokasi ketiganya memang berdekatan sehingga sangat cocok untuk dimasukan dalam itinerary dalam 1 kali kunjungan.
Shenzhen ini berbatasan darat dengan Hongkong, saking dekatnya perbatasan Lou hu (Shenzhen) dan Lowu (Hongkong) dapat ditempuh dengan jalan kaki saja. Shenzhen terkenal sebagai kota perdagangan, sejauh mata memandang memang kotanya cukup maju, sarana dan prasarana umumnya sangat memadai. Dari segi kebersihan, kota ini cukup bersih kalau dibandingkan dengan Guangzhou. tolak ukur bersih saya adalah dari kebersihan di tempat umum, dan sarana transportasi umumnya.
Kalau dilihat dari penduduknya, tidak jauh berbeda dengan yang kota di RRC lain yang saya kunjungi sebelumnya, tetap tidak kenal budaya mengantri, suka buang ludah sembarangan, dan jorok. Kota ini juga tidak mengenal jam malam, selama 2 hari saya di sana, di hari biasa sekalipun jalan raya tetap ramai dengan kendaraan bermotor ataupun pejalan kaki walaupun sudah malam. Satu hal yang tidak mungkin saya lupakan tentang kota ini adalah pengalaman makan di restaurant di sana. Seperti biasa sangat sulit menemukan pelayan resto yang bisa berbahasa Inggris. Tapi hal ini tidak jadi masalah bagi saya, karena papa saya lancar berbahasa mandarin. Saat itu saya mengunjungi salah satu resto franchise Jepang yang menu utamanya berupa ramen. Ketika kami masuk ke resto kami disambut dengan baik, dan diantar ke tempat duduk. Lucunya adalah kami hanya diantar ke tempat duduk tanpa ada yang membawakan daftar menu ke kami. Saya sempat teringat kalau setiap kali teman papa saya di Guangzhou akan memesan makanan / meminta menu, dia selalu berteriak minta menu / memanggil pelayan walau di resto besar sekalipun. Saya pun bilang ke papa saya kalau sepertinya kami harus teriak memanggil pelayannya baru mereka akan dating membawakan menu, pelayan di sini sepertinya tidak bisa hanya dipanggil dengan gerakan tubuh, atau kita duduk manis sambil menunggu pelayan datang membawakan menu makanan. Apa yang saya perkirakan ini beneran terjadi, papa saya yang tidak percaya dengan hasil analisis saya tersebut, tetap bersikeras tidak mau memanggil pelayan untuk meminta menu dengan kata-kata, katanya kita diam saja, harusnya mereka dong yang inisiatif kasih kita menu. Setelah duduk 15 menit, kami sama sekali tidak disamperin satupun pelayan disana, mereka lewat depan meja kami pun, mereka tidak menoleh sama sekali. Papa saya pun akhirnya percaya apa yang saya bilang, dan karena sudah sebal 15 menit tidak dilayani sama sekali, beliau pun memutuskan untuk keluar dari resto itu. Nah apakah ketika kami keluar kami ditegur oleh pelayannya ? Jangan khawatir, mereka sama sekali tidak peduli, kami bisa berlalu tanpa ada satu orang pun yang bertanya kenapa kami pergi, ataupun melihat dengan mata penuh Tanya. Semua cuek bebek, tidak peduli. ckckckc... Gagal makan ramen, akhirnya kami pun kembali ke menu khas turis,apalagi kalau bukan fastfood McD hehehehe... Yang ini pasti aman, tinggal order sesuai yang ada di gambar, bayar dan makanan langsung dibuat, tidak perlu nunggu disodorin daftar menu,
McD di Shenzhen ada menu paket nasinya, berupa paket nasi jagung + ayam teriyaki begitu. Kalau disini itu menu fastfood saingannya McD ya hehehe... McD disana juga memperbolehkan kita change minuman yang ada dalam paket dengan minuman apapun, termasuk untuk hot beverage macam the susu / kopi. Kalau di Indonesia big no no tuh.. kecuali untuk paket breakfast. Dari segi rasa, saya tetap memilih McD Malaysia sebagai juara. Rasa McD di Shenzhen biasa saja, tidak seenak di Indonesia, tapi lebih enak dari Korea dan Taiwan.
Selama di Shenzhen saya hanya mengunjungi 2 tempat : Window of The World dan Splendid China & China Folk Cultural Village. Dua tempat ini memang tempat yang rugi banget kalau tidak dikunjungi di Shenzhen. Sesuai namanya, keduanya adalah tempat miniature bangunan-bangunan khas Negara-Negara. Kalau Window of The World adalah versi seluruh dunia, Splendid China adalah versi China-nya. Mungkin sudah perjanjian awalnya kali ya, ketika membangun Window of The World, tidak ada sama sekali miniature landmark China di sana.
Eiffel Tower di Window of The World (Bisa dinaiki juga seperti yg asli) |
Baju ala Puteri jaman Dinasti Qing |
The Pyramid + Sphinx |
Nih kurang lebih perbandingan ukuran bangunannya yang lain (Basilica St Petrus, Roma, Italia) |
Splendid China dan China Folk Cultural Village berada di lokasi yang sama. Sesuai namanya China Folk Cultural Village adalah sebuah desa dimana kita bisa mengenal lebih dekat suku-suku bangsa yang ada di China, yang totalnya ada 56 suku. Di tempat ini kita bisa melihat rumah adat, pakaian adat, tarian adat, dan permainan tradisional mereka satu per satu. Semua rumah adat dapat dimasuki dan dilengkapi dengan perabotan khasnya layaknya rumah sesungguhnya. China folk cultural village ini bisa dibilang TMII versi RRC deh. Jangan lupa juga untuk meminta peta lokasi pada saat pembelian tiket untuk mengetahui jadwal pertunjukan/ atraksi di setiap anjungan.
Splendid China adalah Window of The world versi China, semua bangunan khas / landmark yang ada di RRC ada di tempat ini. Semua bangunannya di bangun menyerupai bangunan aslinya bahkan dilengkapi dengan patung-patung orangnya. Yang disayangkan adalah banyak sekali petunjuk nama tempat/ bangunan yang tidak ada terjemahan Inggrisnya, mungkin dulunya ada. Beberapa ada yang dilengkapi dengan sound narasi yang menjelaskan tentang bangunan tersebut (sepertinya dulunya ada di semua bangunan, tapi seiring berjalannya waktu , wkwwk tinggal sedikit yang kondisinya masih lengkap dan bagus). Splendid China ini lokasinya sangat luas dan kalau kita masuk-masuk ke setiap areal / anjungan /kavlingnya serasa memasuki labirin karena di dalamnya dibuat seperti track yg melingkar-lingkar, jadi berasa berputar-putar keluar masuk labirin begitu. Di Splendid China dan China folk cultural village ini kita juga bisa menyewa pakaian tradisional suku-suku di China dengan biaya RMB 20.
Salah satu pertunjukan di China Folk Cultural Village - Traditional Chess (orang-orangnya asli dari suku tsb lho) |
Ada 1 hal yang sangat berbeda antara ketika kita mengunjungi Splendid China dan Window of The world. Keduanya punya konsep yang sama, tetapi Window of The World jauh lebih banyak pengunjungnya ketimbang Splendid China, padahal kalau menurut saya kedua lokasi ini bisa dibuat dalam 1 rangkaian kunjungan karena keduanya hanya berbeda 1 stasiun metro saja. Window of the world pengunjungnya beraneka ragam dari orang RRC sendiri sampai wisatawan mancanegara, sementara Splendid China hanya dikunjungi orang RRC saja (90% orang RRC), sepertinya masih jarang ada paket tur yang rutenya menuju ke sana. Padahal tempat ini sangat menarik, dimana dengan mengunjungi Splendid China kita seperti sudah mengelilingi China daratan dari ujung ke ujung.
Untuk mengelilingi Splendid China dan China Folk Cultural Village diperlukan minimal 2,5 jam. Saya menghabiskan 3 jam ditempat ini, dan itu pun belum berhasil mengelilingi seluruh areal yang ada karena kendala waktu operasi tempat ini yang hanya sampai pukul 6 sore.
Miniatur Terracota Warrior - Xi An (mirip dengan yang di filmnya Jet Lee ya?!) |
Miniatur The Forbidden City - Beijing (seluruh lokasi benar-benar ditampilkan lengkap dengan detail patung orangnya) |
The Forbidden City |
The Elephant Trunk Hill yang tersohor di Guilin ( Splendid China) |
Saran saya kalau mau puas mengunjungi Window of The World dan Splendid China & China Folk Cultural Village lebih baik menyewa mini motorcycle (semacam motor mainan anak-anak di mal) yang bisa dikendarai sendiri. Sayang sekali saya tidak sempat mengecek harga sewa mini motorcyclenya berapa. Mini motorcycle ini dapat dinaiki oleh 2 orang, dengan 1 orang sebagai driver. Kalau tidak mau naik mini car, alternative lainnya adalah dengan menaiki kereta wisata. Setiap kereta wisata akan berhenti di pos-pos tertentu, dan kita bisa menaikinya kembali setelah waktu yang ditentukan. kalau di Splendid China kereta wisatanya akan berhenti di beberapa pos dan pengunjung diberikan waktu sekitar 7 menit untuk berkeliling, kalau waktunya sudah habis driver akan membunyikan lonceng / klakson sebagai tanda untuk kembali ke kereta. Dengan naik kereta wisata ini kita juga dapat lebih menghemat tenaga mengingat lokasi yang sangat luas. kalau tetap mau menjelajahi kedua tempat ini dengan jalan kaki, apalagi pada musim panas seperti saya kemarin, disarankan memakai sunblock dan membawa air minum. Harga makanan di dalam lebih mahal dari luar. Di dalam juga sangat panas, saya saja dalam waktu 2 jam sudah 'tanned' (baca : gosong) di sana. Sampai saat ini warna kulit tangan dan muka saya belum sama, ya bisa dianggap 'perubahan warna kulit' ini sebagai kenang-kenangan perjalanan saya ke Window of The World.
perhatikan warna kulit saya -foto ini diambil sore hari di depan pintu masuk Splendid China I got my 'unforgettable memory' at Shenzhen :( (read: Tanning) |
No comments:
Post a Comment