Monday, November 26, 2012

Trip to the Heart of Asia : Day 1 & 2

Taken from http://eng.taiwan.net.tw/

The Heart of Asia, begitulah slogan yang digunakan oleh Taiwan tourism board untuk mempromosikan negaranya. Sebelumnya tidak pernah terlintas sedikit pun di benak saya untuk traveling ke Taiwan. Jadi, sejak awal saya memang tidak punya ekspektasi apapun terhadap negara ini.


Trip saya ke Taiwan berlangsung 6D4N, 2 hari sisanya dihabiskan untuk perjalanan karena saya menggunakan penerbangan malam pada waktu keberangkatan dan penerbangan pagi pada waktu pulang. Empat hari bisa dikatakan adalah waktu yang sempit untuk mengunjungi seluruh Taiwan. Tapi saya berusaha untuk mengemasnya dengan lebih padat dan memilih lokasi yang sesuai dengan kegemaran saya dan teman traveling saya. Seperti biasa perjalanan saya kali ini kembali dipandu oleh buku Mbak CK dan perjalanan ini ber-budget yang tidak jauh berbeda dengan yang tertulis di buku. Berikut itinerary saya selama di Taiwan:
Day 1: Flight malam CGK-TPE.
Day 2: Taoyuan Airport - Taipei city tour (Chiang Kai Sek Memorial Hall, Xinyi District, Taipei 101, Sun Yat Sen Memorial Hall,Long Shan Temple, Ximending).
Day 3: Yehliu Geopark, Martyr Shrine, Shilin Night Market.
Day 4: Kaohsiung city (Formosa Boulevard, Fo Guang Shan Monastery, Dragon & Tiger Pagoda, Lotus Lake, Love River, Dream Mall).
Day 5: Taipei zoo, Wufenpu fashion wholesaler, Ximending, Taoyuan Airport.
Day 6: Flight pagi TPE-CGK.

Perjalanan kali ini bisa dikatakan perjalanan yang paling menantang dibandingkan perjalanan saya sebelumnya, karena banyak sekali perjuangan yang dilakukan untuk memenuhi setiap itinerary. Bahkan ada beberapa tempat dari itinerary semula yang dengan terpaksa tidak dapat dikunjungi. Pokoknya pengalaman kali ini benar-benar luar biasa. Bisa dibilang saya dan rekan seperjalanan saya cukup nekad untuk mengunjungi negara ini dengan bermodal bahasa Inggris yang tidak bisa dikatakan lancar banget dan bahasa mandarin saya yang juga pas - pasan. Jujur, kalau boleh saya bilang, lancar bahasa Inggris tidak menjamin bisa eksis di Taiwan, kenapa? karena sedikit sekali penduduk setempat yang mampu dan mengerti bahasa Inggris, bahkan petugas di visitor Information Center pun bahasa Inggrisnya tidak lebih baik dari saya ^^. Selama 4 hari saya di sana, penduduk setempat yang menurut saya bahasa Inggris nya sangat lancar adalah staff hostel dan barista Starbucks. Untunglah sebagian besar petunjuk di tempat umum sudah dilengkapi dengan tulisan roman (bukan cuma tulisan mandarin) sehingga memudahkan kita yang buta huruf mandarin ini untuk mencari arah, walau beberapa petunjuk seringkali cukup menyesatkan karena tidak jelas arahnya.