Sunday, June 26, 2011

Bali oh Bali...luv u forever ...

 
Pura Ulun Danu


Kalau udah bahas yang satu ini bakal gak ada habis-habisnya. Sejak pertama kali saya menginjakan kaki di Bali, sudah memutuskan akan kembali lagi ke pulau itu. Entah kenapa seakan-akan ada sesuatu yang menarik untuk selalu mengunjungi pulau itu setiap tahunnya..sepertinya kalau melewati setahun tanpa absen di pulau Bali, sepertinya ada yang kurang :D

Pertama ke Bali tahun 2008 (libur lebaran lebih tepatnya) dan tanpa disangka hanya berselang beberapa bulan saya kembali lagi ke sana, bahkan 3 kali dalam tahun yang sama. Dari perjalanan-perjalanan tersebut, banyak sekali pengalaman-pengalaman menarik yang saya dapatkan, dari pesawat yang 'double seat' sampe naik pesawat pp cuma bayar 70rb, ini mah ngalah-ngalahin ongkos taksi.

Monday, June 20, 2011

This is it - My journey part 3

2009 – Next B - Bali, Bandung, Dufan
Tahun 2009, perjalanan tetap berlanjut...

Di tahun ini ada sebuah pencapaian lagi dalam sejarah perjalanan saya, ini adalah kali pertamanya saya melakukan solo travelling (walaupun gak sepenuhnya solo travelling..hihiihi) dan ini adalah tahun dimana saya mengunjungi B ke 2 dari 3 Beauty of Indonesia, tak lain tak bukan adalah Bali. Menurut pendapat saya Bali adalah tempat yang paling indah di Indonesia. Tak heran juga dijuluki Paradise island dan pulau dewata. Berapa kali pun anda berkunjung ke pulau ini, dijamin tidak akan pernah bosan dengan keindahannya...so amazing..!! 

Bandung - Dufan
Perjalanan ke Bandung berlangsung dari tanggal 9-13 Juni 2009. Tiga hari pertama dalam rangka dinas dan 2 hari berikutnya dalam rangka gathering. Saya juga menambah satu hari lagi dengan menginap di Jakarta dan bermain di Dunia Fantasi Ancol. Saya baru benar-benar menikmati kota Bandung pada hari ketiga, itupun pada malam hari, karena dua hari dan setengah hari sebelumnya saya harus pp Bandung - Karawang setiap hari dari pukul 6.30 pagi dan tiba kembali lagi di Bandung pukul 11 malam. Terang saja saya tidak melihat kehidupan kota itu sama sekali, mengingat aktivitas bisnis di Bandung baru buka pada pukul 9 pagi dan tutup pada pukul 9 malam. Sebenarnya hal ini sangat disayangkan sekali, soalnya hotel saya lokasinya dekat dengan pusat factory outlet jalan RIAU. Tiga hari pertama saya menginap di hotel Grand Serela dan satu malam berikutnya di hotel Grand Seriti yang masih satu grup dengan Grand Serela. Yang membedakan dari hotel ini hanya bintang dan jenisnya saja. Grand Serela adalah hotel boutique hotel bintang 3 sedangkan Grand Seriti adalah hotel bintang 4. Jika disuruh memilih saya lebih memilih hotel Grand Seriti, kamarnya lebih bagus dan rate-nya lebih rendah dari Grand Serela. 
Acara jalan-jalan di Bandung diawali dengan menjemput rekan-rekan kami yang datang dengan naik kereta dari Surabaya. Saya beruntung sekali tidak perlu susah-susah naik kereta, yang kalau tidak salah menempuh waktu 10 jam. Mendengar cerita dari teman-teman yang naik kereta sepertinya menderita sekali karena mereka harus tidur di kereta semalaman dan kedinginan. Hal ini diperburuk dengan paginya mereka langsung dibawa ke tempat wisata Kawah Putih, yang berarti belum sempat mandi. 

Unforgetable moment and places

Kawah Putih
Ini adalah salah satu objek wisata alam di Bandung berupa kawah yang berwarna putih. Lokasinya berada di Ciwidey, untuk menuju kesana cukup menyeramkan jalurnya karena melewati tanjakan dan tikungan tajam, yang membuat menyeramkan adalah karena kami naik bus berukuran besar dan saya duduk di belakang supir, jadi benar-benar kelihatan pemandangan di sepanjang jalannya. Kawah ini berwarna putih karena disebabkan oleh dasar kawah yang berbatu-batu dan berpasir berwarna putih. Pemandangan kawah ini memang luar biasa dan bagus sekali untuk dijadikan objek foto. Tak heran jika banyak yang memilih lokasi pre-wedding di sini. 

Flying Fox
Hari kedua di Bandung acaranya adalah outbond. Yang paling menarik di outbond ini adalah untuk pertama kalinya saya berani mencoba flying fox dan ternyata menyenangkan sekali, walau sebelum meluncur ke bawah saya bertanya bolak balik ke petugasnya, ' ini dijamin aman kan Pak?' pernah ada yang jatuh gak?!

Dunia Fantasi
Acara jalan-jalan di Bandung memang singkat sekali karena hari keduanya dipakai untuk outbond dan setengah hari berikutnya kami sudah harus bertolak ke Jakarta untuk kembali ke Surabaya menggunakan pesawat. Saya yang tidak puas dengan perjalanan sehari dan selalu aji mumpung..wkwkwk mumpung masih hari Sabtu, saya extend 1 hari di Jakarta dan mengambil penerbangan termalam ke Surabaya pada hari Minggunya. Ada 2 pilihan kegiatan pada hari Minggu itu, yaitu antara ke Dunia Fantasi atau ITC Mangga Dua, yang keduanya dekat dengan hotel saya, Ibis Mangga Dua. Oh ya, ini juga pertama kalinya saya menginap di hotel Ibis... (yang kemudian beberapa bulan kemudian saya malah jadi bolak menginap di hotel Ibis, walau berbeda lokasinya...;D). Karena ini sudah tidak termasuk dalam acara gathering, jadinya biaya selama extend harus saya tanggung sendiri. Jadi biaya menginap di hotel Ibis Mangga Dua seharga IDR 400.000, saya bagi dengan dua teman lainnya. Lagi-lagi kami memilih sekamar bertiga biar biaya lebih murah.hehehehe... (biasa orang nekat dan bandel, dibilangin maximal tamu per kamar 2 orang, kalau lebih harus pake extra bed, tetap dilakuin saja...wkwk). 
Keesokan harinya pagi-pagi jam 8 kami sudah siap menuju Dufan, yang berujung dengan garingnya kami disana selama 1,5 jam karena ternyata dufan baru buka pada pukul 9.30. Ini gara-gara salah informasi dan tidak sempat mengecek di mak google. Alhasil ngentang didepan loket 1,5 jam, ya keuntungannya gak perlu mengantri mengingat itu hari Minggu. Datang ke Dufan di pagi hari ternyata menyenangkan sekali..masih sepi dan antrian belum panjang.
Lagi-lagi, ini adalah kali pertamanya saya ke Dufan setelah sekian lama, waktu kecil saya pernah pergi, tapi gak ingat sama sekali, taunya waktu liat foto jadul. Permainan pertama yang saya coba adalah Tornado, ini permainan beneran memacu adrenalin. Pas itu saya dan dua teman saya adalah kloter pertama yang naik permainan ini. Jadinya masih sepi dan lama menunggu pengunjung. Saking lamanya, nyali yang tadinya sudah terkumpul hampir ciut kembali. Tapi akhirnya saya tetap naik, gara-garanya pada saat saya turun dari 'hot seat' tornado, si operator main ngeledek saja pake speaker 'Mbak yang itu kok turun..masa begini aja takut...' haizz demi gengsi, gua naik dah..begitu omelan saya dalam hati. Jadi deh saya naik, pertamanya memang ada rasa takut..tapi setelah posisi saya berada di atas dengan kursi menghadap ke matahari langsung, saya dan teman saya bukannya takut malah ngomel-ngomel..kita berdua kompak teriak ' mas, turunin donk, panas nih...' begitu di balik posisinya menghadap ke bawah yang seharusnya lebih seram, karena posisi menggantung, kita malah senang, karena selamat dari terik matahari..wkwkw beneran gokil banget..
Ada satu hal yang membuat saya malas mencoba kembali permainan ini, masalah safety. Safety belt yang ada benar-benar hanya bergantung pada tombol safety belt (seperti safety belt mobil) dan yang tidak meyakinkan adalah adanya jarak antara punggung kita dengan kursi pada saat kursi dibalik menghadap ke bawah, dengan kata lain, penahan badannya tidak menjepit badan dengan rapat. Beneran tidak aman, bayangkan saja kalau ada yang saking paniknya tidak sengaja menekan tombol safety belt dan safety belt terbuka, apa gak jatuh tuh orang?
Sayang sekali keberanian saya, yang langka ini (berhubung saya punya phobia dengan tempat tinggi, saya jarang sekali bermain dengan ketinggian) tidak sempat diabadikan, gara-garanya saya kloter 1, tukang foto langsung jadinya belum datang..grgr...
Setelah tornado, saya mencoba Kora-kora (disini saya duduknya dipaling atas lhoo...), halilintar(Jangan heran kenapa saya berani naik ini, soalnya sebelum naik saya sudah interview mbaknya :D, katanya cuma 1 menit dan kecepatannya sangat cepat, jadi tidak terasa), 3D movie, niagara (saya hampir penyet disini karena ketindes ransel teman saya yang duduk di depan saya waktu di posisi tanjakan 45 derajat, menjelang perahu meluncur cepat - benar benar menderita), komedi putar dll. Yang saya tidak coba adalah rumah boneka, ontang anting dan kicir-kicir (yang ini saya gak mau coba lagi, gara-gara teringat sama safety belt tornado yang gak safety itu..).
Yang sangat disayangkan dari Dunia Fantasi adalah tidak adanya loker untuk menyimpan barang-barang pengunjung, masa saya naik Niagara sambil memanggul tas...sampai ketindes. Bahkan naik halilintar saja tas disuruh bawa, untung saja saking cepatnya, tas tidak mungkin terjatuh. Pada waktu naik tornado, tas diletakkan di atas meja yang telah disediakan di depan permainan..seperti mau diobral saja. Andai saja Dufan bisa meniru USS dan RWG yang menyediakan loker berbayar untuk pengunjung (di USS bahkan free untuk 30 min pertama).


Bali
Untuk Bali disimpan dulu ya ceritanya..nanti akan diceritakan di page tersendiri...soalnya bolak balik nih ngunjungin pulau yang satu ini dan terlalu banyak hal yang perlu diceritakan disini...



Sunday, June 12, 2011

This is it - My journey - part 2


Bojonegoro - Tuban - Lamongan

Perjalanan lainnya di tahun 2008 adalah ke kota – kota kecil di Jawa Timur:Lamongan, Bojonegoro, Tuban. Ini juga merupakan kali pertamanya saya mengunjungi kota-kota ini.  Perjalanan saya ke 3 kota ini adalah perjalanan dinas. Walaupun dalam rangka dinas saya tetap dapat menikmati perjalanan ini.
Tidak banyak yang dapat saya ceritakan dari perjalanan saya ke Lamongan - Bojonegoro - Tuban pada kali pertama. Yang saya akan ceritakan adalah perjalanan saya yang kedua kalinya pada tahun 2009 yang juga dalam rangka dinas.

Lamongan
Kota pertama yang saya tuju dalam perjalanan di thn 2008 adalah Lamongan, di tahun 2009 kota ini adalah kota terakhir. Ulasan kali ini akan lebih fokus pada perjalan saya di tahun 2009. Saya memilih kota Lamongan sebagai kota terakhir karena kebetulan tujuan akhir saya adalah desa Brondong, Lamongan yang letaknya tidak jauh dari Tanjung Kodok Resort. 
View dari balkon kamar - jam 6.30
view jam 7 pagi
Saya tiba di Tanjung Kodok Resort siang hari pada pukul 13.00 setelah sebelumnya menempuh perjalanan 2 jam lebih dari Tuban -  tempat menginap saya sebelumnya (pada perjalanan thn 2009, saya tidak menginap di Bojonegoro, saya memilih menginap di Resor Tuban Tropis, Tuban). Saat itu saya sudah mengenakan seragam batik karena rencanany saya hanya akan menitip koper di resort ini. Waktu itu beneran serasa orang saltum. Rasanya saya dan rekan saya adalah yang paling formal dan paling rapi kostumya saat itu. hehehe..sebenarnya ini termasuk salah satu aksi aji mumpung saya yang tertunda. Tahun 2008 ingin menginap di Resort ini tidak berhasil karena ternyata lokasinya jauh dari tempat kerja saya. Kali ini kebetulan lokasinya sejalan, jadinya saya tidak akan melewatkan kesempatan untuk menginap di resort ini. Rate resort ini di tahun 2009 adalah IDR 350.000 untuk week day dan IDR 700.000 untuk weekend. Bangunannya minimalis, dan seluruh kamarnya menghadap ke pantai. Benar-benar menjual view. Karena waktu check in masih jam 15.00, akhirnya saya hanya menitipkan tas saja di resepsionis dan langsung berangkat ke tempat kerja, dengan harapan bisa cepat kelar dan menikmati istirahat di kamar resort yang katanya punya view luar biasa. Jam 9 malam kerjaan saya kelar dan langsung kembali ke resort untuk istirahat. Sebelum tidur saya menyempatkan diri untuk jalan-jalan keliling resort yang belakangnya udah pantai sambil menikmati angin malam. Sesuai dengan yang dijanjikan, kamar hotel ini memang seluruhnya menghadap ke pantai dengan private balcony untuk setiap kamar, dan pintu kaca sliding di depan kasur. Benar-benar romantis dan cocok untuk honeymoon pikir saya,apalagi didukung dengan lampu kamar yang minim sekali, hanya 1 didepan kamar mandi dan dalam lemari, sisanya hanya ada pada interior dinding dengan warna biru redup. Saya sudah membayangkan pemandangan pagi hari di resort ini, pasti luar biasa. Yang saya pikirkan saat itu adalah segera tidur dan bangun di pagi hari untuk melihat sunrise. 
 
Saking semangatnya jam 4 pagi, saya sudah bangun karena takut melewatkan kesempatan melihat sunrise. Tapi ditunggu-tunggu sampai jam 5.30 pun matahari gak nongol sama sekali, di luar juga suasananya tidak begitu terang. Saya sampai heran, cuaca tidak mendung kenapa masih gelap ya. secara tidak sengaja pada saat akan membuka pintu sliding saya melihat panah tanda Kiblat diatas pintu yang arah mata panahnya berlawanan dengan arah pantai. OMG, dasar dudut..ya ampunnn ditunggu sampai besok pagi juga gak mungkin ada sunrise, ternyata pantainya di sebelah barat..grgrgr adanya cuma sunset...benar-benar memalukan, spontan saja rekan saya langsung tertawa ngakak begitu melihat tanda panah itu juga.
alhasil, biar bangun pagi saya tidak sia-sia saya memanfaatkannya untuk keliling resort dan foto-foto. view resort ini di pagi hari beneran serasa di Hawai.
Sebenarnya kebersihan resort ini tidak begitu terjaga, kalau dilihat dari kamar yang saya tempati, tidaklah sebersih kamar saya di Resor Tuban Tropis, masih ada debu ditempat-tempat tertentu. Sepertinya karena selalu penuh, petugas hotel ini sampai tidak sempat untuk membersihkan kamar secara keseluruhan. Dari segi makanan untuk makan pagi juga tidak begitu menarik, makanannya tipe prasmanan, hanya saja rasa dan pilihannya standar. Untung saja semua itu tertutupi oleh view resort ini yang luar biasa, dan lokasinya yang bersebelahan dengan Wisata bahari Lamongan (Jatim park II) dan berseberangan dengan Maharani Zoo dan goa.
Seluruh tamu resort ini mendapatkan potongan 50% untuk tiket masuk Wisata bahari Lamongan dan akses masuk ke tempat wisata langsung dari areal hotel. WBL, Maharani Zoo dan Tanjung Kodok Resort terletak di Desa paciran, Lamongan dengan waktu tempuh 1 jam dari Surabaya melalui tol. Untuk ulasan jelas mengenai resort ini bisa dilihat di http://www.tanjungkodokbeachresort.com/

Saturday, June 11, 2011

This is it - My journey - part 1

Berawal dari inspirational quote 'Traveling is possible' (by Claudia Kaunang – penulis buku '500rb keliling Singapore'. thanks to you for your amazing and inspirational book) dan tingkat kejenuhan saya dan teman-teman dalam pekerjaan (setelah year end closing), akhirnya perjalanan yg sebelumnya tidak pernah saya sangka akan terjadi ini bisa terlaksana.

Awalnya saya dan teman-teman hanya berencana untuk refreshing ke luar kota, ya semacam jalan-jalan bareng teman-teman kantor ke tempat wisata menarik seperti ke 3Beauty-nya Indonesia (Bromo, Bali, Borobudur). Berhubung semua dari kami sudah pernah ke Borobudur waktu gathering, jadinya pilihan jatuh ke 2B lainnya Bali dan Bromo. Bali di bulan Februari 2010, dan Bromo di bulan Mei 2010.
Siapa sangka beberapa bulan setelahnya, kami menemukan sesuatu yang lebih menarik, yaitu promo Air Asia dan Jet Star. Di bulan Juli 2010, Jet Star memberikan promo menarik untuk rute Singapore, SUB-SPO pp di harga IDR 800.000 kalau di kurskan. Menarik sekali bagi kami yang belum pernah ke luar negeri. Boro-boro ke luar negeri, paspor saja baru buat di bulan Juni 2010. Akhirnya ya tanpa pikir panjang, kami langsung booking untuk penerbangan di bulan Februari 2011. Ya maklum saja, yang baru punya paspor bingung mau dipakai buat kemana :D.
Berikutnya promo Air Asia di bulan Agustus 2010, yang ini promonya lebih dahsyat, saya menemukan harga pp untuk rute SUB-KL-SUB diharga IDR 250.000  periode terbang tahun 2012. Wow..siapa coba yang gak tertarik dengan penawaran semacam ini. Ya dijamin langsung booking...

Bisa dikatakan tahun 2010 - 2011 menjadi tahun travelling bagi saya dan menjadi awal dari perjalanan saya ke berbagai tempat. Tahun 2010 saya mengunjungi Bromo, Bali (2 kali), Jakarta (3 kali) dan di tahun 2011 saya mulai merambah ke luar negeri (Singapore, Kuala Lumpur, dan yang masih in progress – off the record dulu, tunggu tanggal mainnya).
Sebenarnya sejak mulai memasuki dunia kerja di tahun 2008, saya sudah melakukan beberapa perjalanan ke tempat-tempat baru yang sebelumnya belum pernah saya kunjungi, seperti gathering bersama accounting Sby team ke Yogyakarta – ini kali pertamanya saya ke Yogyakarta lhoo..disini pula cita-cita saya mengunjungi 3B terpenuhi (B1 = Borobudur), selanjutnya ke Lamongan & Bojonegoro dalam rangka tugas, Tuban dan puncaknya di akhir tahun 2009 ke Bandung dan Bali – pertama kalinya juga (B2 terpenuhi juga..dan sama sekali tidak disangka kalau dalam kurun waktu setahun akan mengunjungi Bali 3 kali :D).

Kalau mau diceritakan setiap perjalanan saya mempunyai cerita menarik tersendiri yang mungkin rugi kalau tidak diabadikan. Ya karena itulah akhirnya saya memutuskan untuk menulis blog ini, dengan harapan, dikemudian hari saya masih bisa mengenang masa-masa saya menjadi first time traveller dan mungkin juga akan berguna bagi para pembaca blog ini.

Karena menulis untuk sesuatu yg telah lalu, agak sulit untuk mengingat setiap detail perjalanannya tetapi saya tidak akan menghilangkan bagian-bagian yang menarik didalamnya (yang ini sih pasti membekas di ingatan saya..karena terlalu sayang untuk dilupakan). Entah kenapa saya baru dapat wangsit untuk menulisnya sekarang, kenapa gak dari kemarin-kemarin ya, biar tulisannya lebih detail.

2008 – the beginning of the journey
It can be said: the year 2008 is my biggest achievement in my life until now.

Ya benar sekali, tahun ini adalah tahun penuh anugerah, mulai dari ujian compre / sidang skripsi yang walau menegangkan tapi memberikan hasil di luar ekspektasi sampai pada diterimanya saya bekerja di salah satu perusahaan yang cukup 'prestige' di Surabaya yang nantinya menjadi kunci sekaligus 'sumber dana' dari semua perjalanan saya. Di tahun ini pula impian saja untuk travelling ke berbagai tempat mulai terpenuhi.

And, this is it, tempat-tempat yang saya kunjungi dalam tahun – tahun pertama saya sebagai traveller pemula:

Yogyakarta
Perjalanan saya ke Yogyakarta ini menorehkan rekor tersendiri dalam hidup saya, ini adalah kali pertamanya saya naik kereta dan mengunjungi salah satu dari 3B (Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, saya punya cita-cita dapat mengunjungi 3B – 3 Beauty places in Indonesia) Borobudur.
Ini adalah perjalanan murah meriah karena saya hanya mengeluarkan biaya untuk belanja saja, karena ini dalam rangka gathering divisi, jadi yang lainnya sudah ditanggung kantor, kita tinggal 3D-datang,duduk,diam saja ;D.

Perjalanan ke Yogya ini berlangsung 3D2N 16-18 Okt 2008, dengan jadwal hari 1 ke Pantai Parang Tritis, Kasongan, Malioboro. Hari ke 2 ke Borobudur, Kota Gede, Malioboro. Hari ke 3 Malioboro.
Berhubung ini adalah kali pertamanya saya ke Yogyakarta dan kali pertamanya naik kereta api (harap dimaklumi, tidak ada kereta api di tempat asal saya), jadinya perjalanan selama 4 jam tidak terasa lama dan benar-benar saya nikmati.

Unforgetable moment and places

Stasiun KA Gubeng, Surabaya 
http://www.transsurabaya.com/2011/01/stasiun-gubeng-surabaya/










Keberangkatan menuju ke Yogyakarta menggunakan KA Sancaka via Stasiun Gubeng Surabaya – stasiun paling bagus di Surabaya.
Sejujurnya sebelumnya saya sempat under estimate dengan stasiun ini, karena dari cerita-cerita yang saya dengar, stasiun-stasiun KA di negara kita ini tidak ada yang bagus. Saya sudah membayangkan stasiun yang kumuh, banyak orang-orang yang duduk dilantai menunggu kereta tiba, banyak pedagang kaki lima dan asongan, ya pokoknya seperti gambaran stasiun kereta yang biasa yang ditampilkan di televisi, yang identik dengan kumuh dan rawan pencopet. Ternyata stasiun yang satu ini jauh berbeda, stasiunnya bersih, tidak ada pedagang kaki lima, pedagang asongannya juga beda dengan pedagang asongan biasa. Yang mereka jual itu roti maryam dan sudah pakai kereta dorong seperti yang dipakai pramugari di pesawat. Ya, lucky me, first time  to the train station and I found the best one (ini adalah the best Station in town).


Free sauna di kereta dan kereta versi angkot
Perjalanan ke Yogyakarta ini ditempuh selama 4 jam dengan kereta, yang pada waktu itu kami menggunakan kereta api eksekutif Sancaka dan Argo Wilis. Pengalaman pertama naik kereta dipenuhi dengan berbagai kejadian menarik, ya seperti di judul tulisan ini, kereta yang kami naiki menawarkan 'free sauna' dan 'angkot'. Kenapa saya sebut seperti itu?
Free sauna: karena ternyata 1 gerbong dari kereta ini AC nya tidak menyala sepanjang perjalanan dengan alasan kekurangan pasokan listrik. Padahal gerbong tersebut adalah gerbong eksekutif. ckckck... Kejadian ini terjadi pada waktu keberangkatan kami dari Surabaya ke Yogyakarta.
Kereta versi angkot : Ternyata kejadian menarik bukan hanya waktu berangkat. Belum juga hilang ingatan kepanasan karena AC mati waktu berangkat, waktu pulang ternyata kami dapat jackpot lagi. Begitu naik ke atas gerbong kereta, gerbongnya udah penuh duluan, hanya beberapa kursi yang kosong, padahal kami memiliki tiket untuk 2 gerbong ini. Spontan kami bertanya ke penumpang yang duduk itu, menurut mereka, mereka diminta pindah oleh petugas sejak dari Bandung, rupanya kereta ini tadinya asalnya dari Bandung dengan rute Bandung – Yogyakarta – Surabaya. Kebanyakan penumpang itu menyebalkan sekali tingkahnya, ada yang cuek bebek, ada yang pura-pura tidur, bahkan ada yang marah-marah mendengar kami bertanya soal kursi yang dia duduki. Hal ini bisa saya maklumi karena mereka juga sudah kesal diminta pindah-pindah oleh petugas, ada yang bilang mereka sudah diminta pindah gerbong 2 kali selama di kereta. Kami pun akhirnya mengajukan komplain ke petugasnya. Siapa sangka si petugas hanya mengatakan maaf hanya ini yang bisa kami usahakan saat ini, karena ada kesalahan teknis, beberapa gerbong didepan tidak dapat ditempati, untuk sementara silakan gunakan kursi yang ada dulu, nanti akan kami usahakan untuk yang lainnya. Alhasil, terpaksa untuk sementara kami harus duduk pangku-pangkuan, sederet yang isinya 4 kursi untuk 4 orang jadi untuk 6-8 orang, sudah serasa naik angkot yang biasanya desak-desakan. Melihat kejadian ini, tentu saja EO yang mengatur perjalanan kami komplain ke pihak KAI, dan akhirnya di pemberhentian berikutnya di stasiun Balapan, Solo, kereta berhenti cukup lama untuk menambah gerbong. Efek dari penambahan gerbong ini lagi-lagi menyebabkan AC di gerbong tidak dingin selama perjalanan. Kejadian duduk ala angkot ini berlangsung selama kurang lebih 1 jam, benar-benar perjalanan dengan kereta api ini menjadi perjalanan pertama dan paling berkesan ;D.

Pantai Parang Tritis


Tentu sudah banyak yang mengetahui mengenai pantai parang tritis dengan ombak besarnya. Pantai ini terkenal dengan legenda Ratu pantai Selatan – Nyi Roro Kidul. Yang saya tau dari legenda itu, Nyi Roro Kidul sangat menyukai warna hijau sehingga apabila berkunjung ke pantai selatan Jawa, disarankan untuk tidak menggunakan pakaian berwarna hijau, karena menurut legenda sang Ratu akan menangkap siapa saja yang mengenakan sesuatu yang berwarna hijau.
Sebelum keberangkatan kesana kami sudah diwanti-wanti mengenai hal ini dan percaya tidak percaya, inilah legenda yang menjadi kepercayaan warga setempat, jadi tidak ada salahnya untuk dijalankan, toh tidak ada ruginya bagi kita.

Omah Dhuwur resto – Kota Gede
http://omahdhuwur.com/
Menurut saya , ini adalah salah satu tempat yang harus dikunjungi pada saat berkunjung ke Yogyakarta. 
Rugi banget kalau tidak mengunjungi tempat ini. Restaurant ini memiliki interior Jawa kolonial yang sangat bagus sekali buat objek foto. Apalagi pada waktu malam hari, lampu-lampu di luar resto ini akan membuat suasana lebih romantis. Lokasinya tepat di depan HS silver, kota Gede. Kalau yang penasaran mengenai menu dan harga makanan di resto ini bisa cek di link ini http://omahdhuwur.com

Malioboro
Kalau yang satu ini, sudah terkenal sekali. Malioboro sebenarnya adalah nama jalan. Yang membuatnya terkenal adalah karena disepanjang jalan ini kita bisa menemukan toko-toko, kios-kios yang menjual beraneka macam pakaian, aksesoris, pernak pernik, batik, kaos Dagadu – khas Jogja, cinderamata, dan bagi yang mau mencoba menaiki andong juga bisa coba di jalan ini.
Kalau saya pribadi, yang harus dikunjungi ketika berada di jalan ini adalah Mirota batik, tempat ini menjual beraneka batik mulai dari kain batik sampai garmen, dari batik biasa sampai batik tulis, dan berbagai pernak pernik cinderamata di lantai 2, lantai 3nya ada cafe. Saya lebih memilih belanja oleh-oleh dan batik di Mirota karena harganya murah dan sudah fix, tidak perlu tawar menawar lagi (seperti kalau belanja di kios-kios sepanjang jalan Malioboro, kita harus punya keahlian menawar, kalau tidak bisa-bisa dapat harga mahal untuk satu barang). Hal lain yang membuat Malioboro ini terkenal adalah lokasinya yang di pusat kota, dekat dengan kraton Yogyakarta, pasar Bringharjo (pasar ini juga menjual berbagai macam pernak-pernik, batik khas Jogja, dan juga dengan sistem tawar menawar), jalan wijilan – surga gudeg Jogja.

Borobudur Temple
Salah satu dari 3 beauty of Indonesia ini letaknya dekat dengan Magelang, kalau saya tidak salah waktu tempuhnya 2 jam dari Yogyakarta. Saya menaiki kereta wisata (mobil panjang menyerupai kereta - kayak di TMII) sesampainya saya di kawasan wisata Borobudur. Kereta wisata ini akan membawa kita mengitari kompleks Borobudur dan berhenti tepat didepan bangunan candi. Harga untuk menaiki kereta wisata ini IDR 5000. Buat yang mereka yang gak kuat jalan, saya sarankan naik kereta wisata saja, daripada berjalan kaki dari pintu masuk ke bangunan candi yang jaraknya lumayan jauh. Saya sendiri memilih jalur ini karena saya belum pernah ke Borobudur dan saya ingin menaikinya sampai puncak, untuk itu saya pilih naik kereta daripada berjalan kaki, tenaga saya lebih baik disimpan untuk menaiki candi yang ternyata tinggi sekali dan cukup melelahkan. Tidak kebayang kalau saya jalan kaki sejak awal. Dijamin belum-belum sudah gempor.

Saya sendiri tidak merasa lelah pada saat menaiki Borobudur, yang secara keseluruhan terdiri dari 10 tingkatan dalam bentuk tiga bangunan bertingkat yang melambangkan kehidupan manusia, yang kalau saya tidak salah di pelajaran sejarah dulu namanya Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu. Masing-masing melambangkan kehidupan manusia yang masih dikuasai hawa nafsu duniawi – belum mengenal agama, kehidupan manusia yang mulai terbebas dari hawa nafsu tapi masih terikat materi dunia, dan yang terakhir menggambarkan nirwana dimana manusia yang sudah mulai bisa melepas hawa nafsu (semoga tidak salah ini...). Setiap tingkatan dari Borobudur ini apabila kita putari memiliki relief yang menggambarkan kehidupan manusia. 
 

Ada cara yang dianjurkan untuk menaiki candi Borobudur ini kalau kita memang ingin menikmati keindahannya, yaitu dengan naik dari pintu timur kemudian mengitari tiap tingkat searah jarum jam untuk melihat setiap relief yang ada di Borobudur. Berhubung saya terlalu bersemangat untuk mencapai puncak dan pada waktu itu hujan gerimis, saya tidak mengikuti anjuran ini dan saya langsung naik ke sampai ke puncak tanpa mengitarinya. cukup melelahkan, tetapi semua itu terbayarkan saat mencapai puncak. Pemandangannya indah sekali dan luar biasa.
Sampai di puncak Borobudur saya tidak lupa mencoba untuk memegang arca Dhyani Budha di dalam salah satu stupa di level atas Borobudur. Konon kata orang kalau kita dapat menyentuh tangan atau tumit kakinya, permintaan kita akan terkabul (saya tidak yakin soal bagian tubuh yang harus disentuh, karena ada banyak sekali versi soal ini, tapi gak ada salahnya untuk mencoba). Ternyata tidak mudah untuk bisa memegang arca Budha ini, karena letaknya didalam stupa yang tinggi dan lubang di stupa yang tidak terlalu besar membuat kita sulit untuk memasukkan tangan kedalam dan memegang arca didalamnya. Saya sendiri tidak berhasil, sepertinya hanya mereka yang bertangan panjang yang bisa memegangnya dan mungkin karena ini pula alasan kenapa mitos itu muncul, karena hanya sebagian orang yang bisa memegang arca ini.
Setelah turun dari Borobudur, kita pasti akan menemui orang-orang yang menawarkan foto langsung jadi dengan harga IDR 50.000 (kalau saya tidak salah ingat). Tidak ada salahnya mencoba ini karena untuk mendapatkan foto dengan background Borobudur secara keseluruhan sulit sekali, mengingat bangunan ini tinggi sekali dan sangat besar. Saya sendiri dengan susah payah baru bisa mendapatkan view Borobudur tanpa terpotong di puncaknya. Lain kali ke Borobudur, saya pasti akan minta difotokan saja. 
 
Setelah itu, dalam perjalanan keluar, kita akan melewati kios-kios yang menawarkan souvenir-souvenir khas jogja dan Borobudur. Sebelumnya di kaki Borobudur juga banyak sekali yang menjajakan souvenir, dan uniknya dia akan mengikuti kita sepanjang jalan dan semakin lama harga yang ditawarkan akan turun sendiri tanpa harus menawar. Katanya sih, inilah untungnya ke Borobudur waktu sore hari menjelang waktu operasi berakhir (sekitar jam 4-5 sore). Harga jual souvenir turun drastis dibanding masih pagi. Bayangkan, harga Borobudur dalam globe (seperti snow in the globe, hanya saja ini tanpa snow) yang semula ditawarkan IDR 100rb pada saat saya baru tiba di dasar candi, setiap beberapa meter saya jalan, harga terus turun perlahan, 90, 80,70 dan setelah hampir sampai gerbang menuju kios-kios cinderamata, harga sudah turun mencapai 10rb. Ini seperti lelang saja, tapi sistemnya terbalik, harganya semakin lama semakin murah. Karena gak tega dengan yang jual dengan upayanya mengikuti saya sepanjang jalan yang jaraknya lumayan jauh, akhirnya saya beli juga souvenir itu dengan harga 10rb (saya cek di Mirota harganya 15rb, jadi saya masih untung..hihihiii..#prinsip ekonomi seorang akuntan tetep jalan... ;p).