Saturday, June 11, 2011

This is it - My journey - part 1

Berawal dari inspirational quote 'Traveling is possible' (by Claudia Kaunang – penulis buku '500rb keliling Singapore'. thanks to you for your amazing and inspirational book) dan tingkat kejenuhan saya dan teman-teman dalam pekerjaan (setelah year end closing), akhirnya perjalanan yg sebelumnya tidak pernah saya sangka akan terjadi ini bisa terlaksana.

Awalnya saya dan teman-teman hanya berencana untuk refreshing ke luar kota, ya semacam jalan-jalan bareng teman-teman kantor ke tempat wisata menarik seperti ke 3Beauty-nya Indonesia (Bromo, Bali, Borobudur). Berhubung semua dari kami sudah pernah ke Borobudur waktu gathering, jadinya pilihan jatuh ke 2B lainnya Bali dan Bromo. Bali di bulan Februari 2010, dan Bromo di bulan Mei 2010.
Siapa sangka beberapa bulan setelahnya, kami menemukan sesuatu yang lebih menarik, yaitu promo Air Asia dan Jet Star. Di bulan Juli 2010, Jet Star memberikan promo menarik untuk rute Singapore, SUB-SPO pp di harga IDR 800.000 kalau di kurskan. Menarik sekali bagi kami yang belum pernah ke luar negeri. Boro-boro ke luar negeri, paspor saja baru buat di bulan Juni 2010. Akhirnya ya tanpa pikir panjang, kami langsung booking untuk penerbangan di bulan Februari 2011. Ya maklum saja, yang baru punya paspor bingung mau dipakai buat kemana :D.
Berikutnya promo Air Asia di bulan Agustus 2010, yang ini promonya lebih dahsyat, saya menemukan harga pp untuk rute SUB-KL-SUB diharga IDR 250.000  periode terbang tahun 2012. Wow..siapa coba yang gak tertarik dengan penawaran semacam ini. Ya dijamin langsung booking...

Bisa dikatakan tahun 2010 - 2011 menjadi tahun travelling bagi saya dan menjadi awal dari perjalanan saya ke berbagai tempat. Tahun 2010 saya mengunjungi Bromo, Bali (2 kali), Jakarta (3 kali) dan di tahun 2011 saya mulai merambah ke luar negeri (Singapore, Kuala Lumpur, dan yang masih in progress – off the record dulu, tunggu tanggal mainnya).
Sebenarnya sejak mulai memasuki dunia kerja di tahun 2008, saya sudah melakukan beberapa perjalanan ke tempat-tempat baru yang sebelumnya belum pernah saya kunjungi, seperti gathering bersama accounting Sby team ke Yogyakarta – ini kali pertamanya saya ke Yogyakarta lhoo..disini pula cita-cita saya mengunjungi 3B terpenuhi (B1 = Borobudur), selanjutnya ke Lamongan & Bojonegoro dalam rangka tugas, Tuban dan puncaknya di akhir tahun 2009 ke Bandung dan Bali – pertama kalinya juga (B2 terpenuhi juga..dan sama sekali tidak disangka kalau dalam kurun waktu setahun akan mengunjungi Bali 3 kali :D).

Kalau mau diceritakan setiap perjalanan saya mempunyai cerita menarik tersendiri yang mungkin rugi kalau tidak diabadikan. Ya karena itulah akhirnya saya memutuskan untuk menulis blog ini, dengan harapan, dikemudian hari saya masih bisa mengenang masa-masa saya menjadi first time traveller dan mungkin juga akan berguna bagi para pembaca blog ini.

Karena menulis untuk sesuatu yg telah lalu, agak sulit untuk mengingat setiap detail perjalanannya tetapi saya tidak akan menghilangkan bagian-bagian yang menarik didalamnya (yang ini sih pasti membekas di ingatan saya..karena terlalu sayang untuk dilupakan). Entah kenapa saya baru dapat wangsit untuk menulisnya sekarang, kenapa gak dari kemarin-kemarin ya, biar tulisannya lebih detail.

2008 – the beginning of the journey
It can be said: the year 2008 is my biggest achievement in my life until now.

Ya benar sekali, tahun ini adalah tahun penuh anugerah, mulai dari ujian compre / sidang skripsi yang walau menegangkan tapi memberikan hasil di luar ekspektasi sampai pada diterimanya saya bekerja di salah satu perusahaan yang cukup 'prestige' di Surabaya yang nantinya menjadi kunci sekaligus 'sumber dana' dari semua perjalanan saya. Di tahun ini pula impian saja untuk travelling ke berbagai tempat mulai terpenuhi.

And, this is it, tempat-tempat yang saya kunjungi dalam tahun – tahun pertama saya sebagai traveller pemula:

Yogyakarta
Perjalanan saya ke Yogyakarta ini menorehkan rekor tersendiri dalam hidup saya, ini adalah kali pertamanya saya naik kereta dan mengunjungi salah satu dari 3B (Seperti yang sudah saya bahas sebelumnya, saya punya cita-cita dapat mengunjungi 3B – 3 Beauty places in Indonesia) Borobudur.
Ini adalah perjalanan murah meriah karena saya hanya mengeluarkan biaya untuk belanja saja, karena ini dalam rangka gathering divisi, jadi yang lainnya sudah ditanggung kantor, kita tinggal 3D-datang,duduk,diam saja ;D.

Perjalanan ke Yogya ini berlangsung 3D2N 16-18 Okt 2008, dengan jadwal hari 1 ke Pantai Parang Tritis, Kasongan, Malioboro. Hari ke 2 ke Borobudur, Kota Gede, Malioboro. Hari ke 3 Malioboro.
Berhubung ini adalah kali pertamanya saya ke Yogyakarta dan kali pertamanya naik kereta api (harap dimaklumi, tidak ada kereta api di tempat asal saya), jadinya perjalanan selama 4 jam tidak terasa lama dan benar-benar saya nikmati.

Unforgetable moment and places

Stasiun KA Gubeng, Surabaya 
http://www.transsurabaya.com/2011/01/stasiun-gubeng-surabaya/










Keberangkatan menuju ke Yogyakarta menggunakan KA Sancaka via Stasiun Gubeng Surabaya – stasiun paling bagus di Surabaya.
Sejujurnya sebelumnya saya sempat under estimate dengan stasiun ini, karena dari cerita-cerita yang saya dengar, stasiun-stasiun KA di negara kita ini tidak ada yang bagus. Saya sudah membayangkan stasiun yang kumuh, banyak orang-orang yang duduk dilantai menunggu kereta tiba, banyak pedagang kaki lima dan asongan, ya pokoknya seperti gambaran stasiun kereta yang biasa yang ditampilkan di televisi, yang identik dengan kumuh dan rawan pencopet. Ternyata stasiun yang satu ini jauh berbeda, stasiunnya bersih, tidak ada pedagang kaki lima, pedagang asongannya juga beda dengan pedagang asongan biasa. Yang mereka jual itu roti maryam dan sudah pakai kereta dorong seperti yang dipakai pramugari di pesawat. Ya, lucky me, first time  to the train station and I found the best one (ini adalah the best Station in town).


Free sauna di kereta dan kereta versi angkot
Perjalanan ke Yogyakarta ini ditempuh selama 4 jam dengan kereta, yang pada waktu itu kami menggunakan kereta api eksekutif Sancaka dan Argo Wilis. Pengalaman pertama naik kereta dipenuhi dengan berbagai kejadian menarik, ya seperti di judul tulisan ini, kereta yang kami naiki menawarkan 'free sauna' dan 'angkot'. Kenapa saya sebut seperti itu?
Free sauna: karena ternyata 1 gerbong dari kereta ini AC nya tidak menyala sepanjang perjalanan dengan alasan kekurangan pasokan listrik. Padahal gerbong tersebut adalah gerbong eksekutif. ckckck... Kejadian ini terjadi pada waktu keberangkatan kami dari Surabaya ke Yogyakarta.
Kereta versi angkot : Ternyata kejadian menarik bukan hanya waktu berangkat. Belum juga hilang ingatan kepanasan karena AC mati waktu berangkat, waktu pulang ternyata kami dapat jackpot lagi. Begitu naik ke atas gerbong kereta, gerbongnya udah penuh duluan, hanya beberapa kursi yang kosong, padahal kami memiliki tiket untuk 2 gerbong ini. Spontan kami bertanya ke penumpang yang duduk itu, menurut mereka, mereka diminta pindah oleh petugas sejak dari Bandung, rupanya kereta ini tadinya asalnya dari Bandung dengan rute Bandung – Yogyakarta – Surabaya. Kebanyakan penumpang itu menyebalkan sekali tingkahnya, ada yang cuek bebek, ada yang pura-pura tidur, bahkan ada yang marah-marah mendengar kami bertanya soal kursi yang dia duduki. Hal ini bisa saya maklumi karena mereka juga sudah kesal diminta pindah-pindah oleh petugas, ada yang bilang mereka sudah diminta pindah gerbong 2 kali selama di kereta. Kami pun akhirnya mengajukan komplain ke petugasnya. Siapa sangka si petugas hanya mengatakan maaf hanya ini yang bisa kami usahakan saat ini, karena ada kesalahan teknis, beberapa gerbong didepan tidak dapat ditempati, untuk sementara silakan gunakan kursi yang ada dulu, nanti akan kami usahakan untuk yang lainnya. Alhasil, terpaksa untuk sementara kami harus duduk pangku-pangkuan, sederet yang isinya 4 kursi untuk 4 orang jadi untuk 6-8 orang, sudah serasa naik angkot yang biasanya desak-desakan. Melihat kejadian ini, tentu saja EO yang mengatur perjalanan kami komplain ke pihak KAI, dan akhirnya di pemberhentian berikutnya di stasiun Balapan, Solo, kereta berhenti cukup lama untuk menambah gerbong. Efek dari penambahan gerbong ini lagi-lagi menyebabkan AC di gerbong tidak dingin selama perjalanan. Kejadian duduk ala angkot ini berlangsung selama kurang lebih 1 jam, benar-benar perjalanan dengan kereta api ini menjadi perjalanan pertama dan paling berkesan ;D.

Pantai Parang Tritis


Tentu sudah banyak yang mengetahui mengenai pantai parang tritis dengan ombak besarnya. Pantai ini terkenal dengan legenda Ratu pantai Selatan – Nyi Roro Kidul. Yang saya tau dari legenda itu, Nyi Roro Kidul sangat menyukai warna hijau sehingga apabila berkunjung ke pantai selatan Jawa, disarankan untuk tidak menggunakan pakaian berwarna hijau, karena menurut legenda sang Ratu akan menangkap siapa saja yang mengenakan sesuatu yang berwarna hijau.
Sebelum keberangkatan kesana kami sudah diwanti-wanti mengenai hal ini dan percaya tidak percaya, inilah legenda yang menjadi kepercayaan warga setempat, jadi tidak ada salahnya untuk dijalankan, toh tidak ada ruginya bagi kita.

Omah Dhuwur resto – Kota Gede
http://omahdhuwur.com/
Menurut saya , ini adalah salah satu tempat yang harus dikunjungi pada saat berkunjung ke Yogyakarta. 
Rugi banget kalau tidak mengunjungi tempat ini. Restaurant ini memiliki interior Jawa kolonial yang sangat bagus sekali buat objek foto. Apalagi pada waktu malam hari, lampu-lampu di luar resto ini akan membuat suasana lebih romantis. Lokasinya tepat di depan HS silver, kota Gede. Kalau yang penasaran mengenai menu dan harga makanan di resto ini bisa cek di link ini http://omahdhuwur.com

Malioboro
Kalau yang satu ini, sudah terkenal sekali. Malioboro sebenarnya adalah nama jalan. Yang membuatnya terkenal adalah karena disepanjang jalan ini kita bisa menemukan toko-toko, kios-kios yang menjual beraneka macam pakaian, aksesoris, pernak pernik, batik, kaos Dagadu – khas Jogja, cinderamata, dan bagi yang mau mencoba menaiki andong juga bisa coba di jalan ini.
Kalau saya pribadi, yang harus dikunjungi ketika berada di jalan ini adalah Mirota batik, tempat ini menjual beraneka batik mulai dari kain batik sampai garmen, dari batik biasa sampai batik tulis, dan berbagai pernak pernik cinderamata di lantai 2, lantai 3nya ada cafe. Saya lebih memilih belanja oleh-oleh dan batik di Mirota karena harganya murah dan sudah fix, tidak perlu tawar menawar lagi (seperti kalau belanja di kios-kios sepanjang jalan Malioboro, kita harus punya keahlian menawar, kalau tidak bisa-bisa dapat harga mahal untuk satu barang). Hal lain yang membuat Malioboro ini terkenal adalah lokasinya yang di pusat kota, dekat dengan kraton Yogyakarta, pasar Bringharjo (pasar ini juga menjual berbagai macam pernak-pernik, batik khas Jogja, dan juga dengan sistem tawar menawar), jalan wijilan – surga gudeg Jogja.

Borobudur Temple
Salah satu dari 3 beauty of Indonesia ini letaknya dekat dengan Magelang, kalau saya tidak salah waktu tempuhnya 2 jam dari Yogyakarta. Saya menaiki kereta wisata (mobil panjang menyerupai kereta - kayak di TMII) sesampainya saya di kawasan wisata Borobudur. Kereta wisata ini akan membawa kita mengitari kompleks Borobudur dan berhenti tepat didepan bangunan candi. Harga untuk menaiki kereta wisata ini IDR 5000. Buat yang mereka yang gak kuat jalan, saya sarankan naik kereta wisata saja, daripada berjalan kaki dari pintu masuk ke bangunan candi yang jaraknya lumayan jauh. Saya sendiri memilih jalur ini karena saya belum pernah ke Borobudur dan saya ingin menaikinya sampai puncak, untuk itu saya pilih naik kereta daripada berjalan kaki, tenaga saya lebih baik disimpan untuk menaiki candi yang ternyata tinggi sekali dan cukup melelahkan. Tidak kebayang kalau saya jalan kaki sejak awal. Dijamin belum-belum sudah gempor.

Saya sendiri tidak merasa lelah pada saat menaiki Borobudur, yang secara keseluruhan terdiri dari 10 tingkatan dalam bentuk tiga bangunan bertingkat yang melambangkan kehidupan manusia, yang kalau saya tidak salah di pelajaran sejarah dulu namanya Kamadhatu, Rupadhatu, Arupadhatu. Masing-masing melambangkan kehidupan manusia yang masih dikuasai hawa nafsu duniawi – belum mengenal agama, kehidupan manusia yang mulai terbebas dari hawa nafsu tapi masih terikat materi dunia, dan yang terakhir menggambarkan nirwana dimana manusia yang sudah mulai bisa melepas hawa nafsu (semoga tidak salah ini...). Setiap tingkatan dari Borobudur ini apabila kita putari memiliki relief yang menggambarkan kehidupan manusia. 
 

Ada cara yang dianjurkan untuk menaiki candi Borobudur ini kalau kita memang ingin menikmati keindahannya, yaitu dengan naik dari pintu timur kemudian mengitari tiap tingkat searah jarum jam untuk melihat setiap relief yang ada di Borobudur. Berhubung saya terlalu bersemangat untuk mencapai puncak dan pada waktu itu hujan gerimis, saya tidak mengikuti anjuran ini dan saya langsung naik ke sampai ke puncak tanpa mengitarinya. cukup melelahkan, tetapi semua itu terbayarkan saat mencapai puncak. Pemandangannya indah sekali dan luar biasa.
Sampai di puncak Borobudur saya tidak lupa mencoba untuk memegang arca Dhyani Budha di dalam salah satu stupa di level atas Borobudur. Konon kata orang kalau kita dapat menyentuh tangan atau tumit kakinya, permintaan kita akan terkabul (saya tidak yakin soal bagian tubuh yang harus disentuh, karena ada banyak sekali versi soal ini, tapi gak ada salahnya untuk mencoba). Ternyata tidak mudah untuk bisa memegang arca Budha ini, karena letaknya didalam stupa yang tinggi dan lubang di stupa yang tidak terlalu besar membuat kita sulit untuk memasukkan tangan kedalam dan memegang arca didalamnya. Saya sendiri tidak berhasil, sepertinya hanya mereka yang bertangan panjang yang bisa memegangnya dan mungkin karena ini pula alasan kenapa mitos itu muncul, karena hanya sebagian orang yang bisa memegang arca ini.
Setelah turun dari Borobudur, kita pasti akan menemui orang-orang yang menawarkan foto langsung jadi dengan harga IDR 50.000 (kalau saya tidak salah ingat). Tidak ada salahnya mencoba ini karena untuk mendapatkan foto dengan background Borobudur secara keseluruhan sulit sekali, mengingat bangunan ini tinggi sekali dan sangat besar. Saya sendiri dengan susah payah baru bisa mendapatkan view Borobudur tanpa terpotong di puncaknya. Lain kali ke Borobudur, saya pasti akan minta difotokan saja. 
 
Setelah itu, dalam perjalanan keluar, kita akan melewati kios-kios yang menawarkan souvenir-souvenir khas jogja dan Borobudur. Sebelumnya di kaki Borobudur juga banyak sekali yang menjajakan souvenir, dan uniknya dia akan mengikuti kita sepanjang jalan dan semakin lama harga yang ditawarkan akan turun sendiri tanpa harus menawar. Katanya sih, inilah untungnya ke Borobudur waktu sore hari menjelang waktu operasi berakhir (sekitar jam 4-5 sore). Harga jual souvenir turun drastis dibanding masih pagi. Bayangkan, harga Borobudur dalam globe (seperti snow in the globe, hanya saja ini tanpa snow) yang semula ditawarkan IDR 100rb pada saat saya baru tiba di dasar candi, setiap beberapa meter saya jalan, harga terus turun perlahan, 90, 80,70 dan setelah hampir sampai gerbang menuju kios-kios cinderamata, harga sudah turun mencapai 10rb. Ini seperti lelang saja, tapi sistemnya terbalik, harganya semakin lama semakin murah. Karena gak tega dengan yang jual dengan upayanya mengikuti saya sepanjang jalan yang jaraknya lumayan jauh, akhirnya saya beli juga souvenir itu dengan harga 10rb (saya cek di Mirota harganya 15rb, jadi saya masih untung..hihihiii..#prinsip ekonomi seorang akuntan tetep jalan... ;p).