Monday, February 1, 2016

Spring, Summer, Autumn, Winter, Which one?!

Enaknya pilih yang mana ya?  

 
Spring Seoul April 2015 (Yeouido Cherry Blossoms Tunnel) - Summer Kyoto July 2015 (Sento Imperial Palace Garden) - Autumn Seoul 2015 (Deoksugung) - Winter Seoul 2013 (Nami Island)

Tidak ada jawaban yang benar untuk pertanyaan di atas karena setiap orang punya preferensi yang berbeda-beda. Ada banyak perbedaan yang dapat kita jumpai dari keempat musim tersebut, mulai dari temperatur, curah hujan, pemandangan, pakaian sampai pada makanan. Perbedaan yang paling kelihatan adalah temperatur. Nah, dari temperatur ini saja - sebut saja panas dan dingin - pendapat setiap orang sudah beda. Buat saya suhu ruangan 18 derajat celcius itu sejuk dan segar - bukan dingin. Tapi bagi sebagian besar orang temperatur segitu udah dingin banget. Contoh lain lagi, kalau saya berada di luar ruangan saat suhu daratan 27 derajat saja, saya akan mandi keringat, tapi banyak orang di luar sana yang bahkan sampai 35 derajat gak keringatan sama sekali. Jadi, dingin dan panas itu relatif banget ya, tergantung diri kita masing-masing karena daya tahan setiap orang terhadap suhu dingin ataupun panas itu berbeda-beda.


Saya sering dapat pertanyaan baik lewat email maupun facebook chat soal musim. Kebanyakan pertanyaannya berkisar soal: kira-kira dingin gak ya kalau pergi bulan ini dan apa saja yang perlu disiapkan. Saya akan coba menjabarkan karakteristik setiap musim se-objektif mungkin sesuai dengan apa yang pernah saya alami dan lihat. Tapi harap perlu diingat saya bukan expert dalam hal ini, tulisan ini cuma sekedar sharing berdasarkan pengalaman saya saja dan sebelumnya saya akan ungkapkan apa yang jadi preferensi saya. 

Saya memang tidak pernah tinggal di negara 4 musim, tapi setidaknya saya pernah mengunjungi negara yang memiliki empat musim dengan masa tinggal lebih dari 2 hari. Suhu terpanas yang pernah saya rasakan adalah 36° c dan terendah kalau tidak salah sekitar -7° c. Dua kali musim gugur di bulan November 2011 dan 2015 selama 4-5 hari, satu kali musim dingin di bulan Januari 2013 selama 10 hari dan merasakan yang namanya turun salju; satu kali musim semi di bulan April 2015 saat cherry blossoms bermekaran selama 4 hari dan satu kali musim panas di akhir Juli - awal Agustus selama 12 hari. Khusus buat summer, menurut saya sih semua orang Indonesia expert soal ini ^^.



Kembali ke soal preferensi, saya pribadi lebih suka suhu dingin ketimbang panas. Jadi, saya lebih suka traveling di musim dingin, gugur dan semi. Alasannya:
1. Suhu panas bikin dehidrasi karena kita akan mudah berkeringat. Minum air melulu yang berarti bakal lebih sering ke kamar mandi, jajan minuman botol.

2. Soal kostum: Kalau dingin - biar gak kedinginan kita bisa memakai pakaian yang lebih tebal atau pakai pakaian thermal (pakaian yang didesain khusus untuk menahan panas tubuh -sehingga tubuh akan tetap merasa hangat walau suhu ruangan dingin) atau juga bisa menambahkan aksesoris untuk mencegah tubuh kita kedinginan (baca: syal, sweater, penutup telinga, sarung tangan, kaos kaki,dll). Kita juga bisa mengakalinya dengan hot pack. Hot pack adalah semacam bubuk seukuran koyo - atau beberapa ada yang lebih kecil, dalam ukuran yang mudah digenggam atau dikantongin - yang setelah digenggam beberapa saat akan mulai mengeluarkan panas seperti halnya air yang lagi direbus. 
Nah, kalau panas, biar gak kepanasan - satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah pakai baju tipis - tapi setipis apa sih baju yang dapat kita pakai? masa mau pakai bikini ke kantor atau di jalan raya ? gak mungkin kan?! Lagipula baju tipis sering berkesan negatif. 
Sampai saat ini saya belum pernah mendengar orang yang bawa ice pack jalan-jalan biar gak kepanasan. Satu-satunya solusi adalah kipas. Kipas vs hot pack - mana yang lebih praktis dan lebih cepat efeknya ? saya pribadi jawab hot pack. 

3. Di tempat panas itu banyak serangga berkeliaran. Musuh utama saya adalah nyamuk dan semut. Nyamuk ini berisiko menyebarkan penyakit dan juga meninggalkan rasa sakit serta bentol-bentol. Saya pribadi begitu digigit nyamuk, bekas gigitannya baru akan hilang setelah berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Bukan berarti musim dingin bebas penyakit juga sih, tapi paling gak masih bisa dicegah. Tapi nyamuk ? saya udah usaha buat menghindarinya, tapi nyatanya masih aja kena gigit tuh - biar udah pakai lotion anti nyamuk, stiker anti nyamuk, dan berbagai hal yang lain - mungkin cuma kelambu yang bisa nolong saya. 
 4. Dingin bikin kulit lebih putih, sebaliknya panas bikin kulit lebih gelap dan muka lebih berminyak yang menyebabkan mudah berjerawat (kembali harap dicatat ini adalah alasan saya pribadi - jadi belum tentu berlaku untuk semua orang).
Di suhu dingin, kulit memang lebih cepat kering, tapi buat saya mencari pelembab wajah untuk kulit kering lebih mudah ketimbang untuk kulit berminyak. Saya memiliki kulit wajah yang berminyak yang kalau musim kemarau sudah seperti kilang minyak aja wajah saya. 


Apakah saya udah suka dingin sejak kecil? 
Tidak.  Saya lahir dan besar di kota yang cukup panas karena dekat dengan garis khatulistiwa di pulau Kalimantan sana. Saya dulunya tidak kuat dingin. Ketika pindah ke kota Malang, saya selalu tidur dengan jaket dan kaos kaki. Tapi saya tidak membiarkan hal itu berlanjut-lanjut, karena saya tau, saya perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Saya gak bisa selamanya bergantung pada kaos kaki, jaket tebal dan selimut. Saat itu saya berusaha mengurangi satu  persatu perlengkapan 'cuaca dingin' saya (baca: jaket, kaos kaki, sweater, dkk) setiap harinya dan akhirnya saya berhasil. Dalam waktu 1 minggu saya berhasil menyesuaikan diri dengan suhu  kota Malang yang saat i jauh lebih dingin dari kota kelahiran saya. Selama 3,5 tahun saya di Malang, saya tidak lagi bergantung pada jaket tebal dan kaos kaki. Sejak itu saya jadi pecinta suhu dingin bahkan saat ini ketika saya kembali ke kota kelahiran saya, saya tidak lagi sanggup menahan panas yang ada. Pasti ada yang bertanya kenapa saya tidak mencoba untuk menyesuaikan diri lagi? Pertanyaan saya, bagaimana caranya ya? Dengan mengurangi pakaian satu per satu? gak mungkin kan??! Menurut saya lebih mudah beradaptasi dengan suhu dingin ketimbang suhu panas.

Tapi apakah dengan begitu saya gak pernah keluar dari ruangan ber-AC seperti halnya orang yang takut dingin lebih memilih untuk tidak keluar rumah atau hotel saat suhu diluar dingin. Jawaban saya tidak. Saya tetap beraktivitas di luar. Memang kalau di kota kelahiran saya dan domisili saya saat ini, saya pilih mengurangi aktivitas di luar. Tapi tidak kalau saat saya traveling. Bagi saya, traveling tetap harus lanjut kecuali karena kondisi keamanan dan kesehatan. Buktinya bulan Agustus 2015 kemarin saya tetap menaiki ratusan tangga Fushimi Inari di Kyoto dan mengeksplor seluruh bagian Himeji castle walau suhu saat itu luar biasa panas - saat itu saya tidak pernah berhenti berkeringat dan medan yang saya hadapi adalah anak tangga yang luar biasa banyak dan ruangan tertutup dengan jumlah pengunjung yang cukup banyak di dalamnya, tanpa penyejuk ruangan dan tidak diperkenankan untuk minum. Saya memerlukan waktu kurang lebih 2,5 jam untuk mengitari seluruh bagian dalam Himeji castle - tanpa penyejuk ruangan dan minuman (karena dilarang). Sebagai gantinya, pada trip di musim panas kemarin pengeluaran terbesar saya adalah untuk minuman botol dan ice cream dari vending machine.. hehehe... Sehari saya menghabiskan minimal 4 botol minuman dan 1 ice cream ^^. (ps: saya makan ice cream di semua musim, termasuk musim dingin hahahha....).
Ini bukti kalau saya memang tidak kuat dengan suhu panas - lihat saja keringat segede biji jagung yang keliatan dengan jelas di foto ini padahal udah pakai  camera 360 dan ini foto selca. 
Himeji Castle yang keren banget dilihat dari luar - tapi masuk kedalamnya perlu extra tenaga untuk menaiki anak tangga dan ruangan tidak berpenyejuk ruangan serta larangan untuk minum di dalam kastil - karena kastil ini adalah warisan budaya dunia.

Ratusan ribu  (Atau mungkin  lebih) anak tangga beserta torii di Fushimi Inari - Kyoto - torii (atau gapura berwarna merah ini sendiri berjumlah jutaan) - saya tidak tau pasti berapa jumlah anak tangganya - harusnya tidak jauh dari jumlah toriinya, saya berhasil sampai di 1 stage sebelum puncak dan kembali lewat jalur yang sama - perlu waktu lebih dari 3 jam. 

Saya kira cukup ya informasi soal preferensi saya. Kembali ke topik utama soal 4 musim. Berikut karakteristik setiap musim menurut pandangan saya:

Semi (Maret, April, Mei).

Cherry Blossoms tunnel di Yunjungro - Yeouido - Seoul - April 2015


Karena negara 4 musim yang pernah saya kunjungi seluruhnya ada di Asia Timur, jadi periode setiap musim yang saya cantumkan adalah periode musim di Asia Timur. 
Musim semi ini adalah musim berkembangnya bunga-bunga. Yang paling terkenal adalah cherry blossoms. Sebenarnya ada bunga-bunga lain yang juga mekar di musim ini seperti Azalea, maehwa, apricot blossoms, dll. Di Seoul sendiri, saat kunjungan saya di bulan April kemarin kita juga dapat melihat bunga tulip di berbagai tempat - yang paling banyak di sepanjang Gwanghwamun square dan di depan City Hall. Gak perlu jauh-jauh ke Belanda untuk melihat bunga tulip atau gak perlu bayar mahal-mahal di Garden by The Bay. Kapan saat terbaik untuk melihat cherry blossoms? Silakan dibaca diposting saya sebelumnya.

Hujan agak sering turun di musim ini, tapi airnya gak sedingin di musim dingin. Temperaturnya sekitar 7 derajat sampai belasan derajat celcius. Kalau perginya Maret maka harusnya lebih dingin dari April, karena masih sisa musim dingin. Begitu juga sebaliknya, kalau bulan Mei suhunya akan lebih hangat karena udah dekat musim panas. Angin yang bertiup masih cukup kencang dan dingin. Suhu udara biasanya lebih dingin di pagi dan malam hari sama seperti di musim gugur  (udah berasa reporter prakiraan cuaca nih ^^). 

Kostum saya saat trip di bulan ini hampir sama dengan musim gugur cuma tanpa longjhon (pakaian thermal), yaitu: outer jaket tebal / cardigan tebal, sweater, atasan lengan panjang, legging dan sepatu tertutup. Kemarin saya cuma pakai 2 lapis dan sepatu yang saya pakai adalah wakai. 

Pakaian dari penduduk setempat lebih minim dari saya dan turis-turis lainnya: mereka cuma pakai jaket biasa atau bahkan cuma cardigan, sudah banyak yang pakai rok atau baju terusan pendek. 
Gaya berpakaian Seoulities di musim semi

Ini CF dari Korea Tourism Organization (KTO) tahun 2012 "Miss Flower- Spring", CF ini menampilkan bunga-bunga / tanaman musim semi dilengkapi dengan waktu bloomingnya diantaranya: Azalea, cherry blossoms, canola flowers, tulip,  green barley, green tea dll. Video Credit: Imagine Your Korea Youtube.



Panas (Juni, Juli, Agustus).

Taman di Sento Imperial Palace - Kyoto - yang konon sangat indah di musim semi dan gugur - ini foto musim panas Agustus 2015 kemarin. Bagaimana pendapat kalian?
Perbandingan foto taman di Sento Imperial Palace - Kyoto di musim panas dan musim gugur (photo credit: below : www.japanbullet.com) - tempat yang sama tapi viewnya jadi beda karena beda musim

 
Menurut saya pribadi pemandangan di musim panas tidaklah semenarik di musim yang lainnya, karena pohon-pohon daunnya pada hijau seperti halnya di Indonesia. Bahkan taman yang fotonya bagus banget di musim gugur dan semi, di musim panas ini terlihat biasa saja x_x - tidak ada yang spesial. Yang membedakan dengan taman di Indonesia, taman di luar sana lebih terawat, bersih dan masih banyak suara serangga dan burung-burung. Musuh berbuyutan saya, siyamuk ada di mana-mana di musim ini. Waktu di Jepang sekalipun, di kamar hostel saya ada tuh nyamuk berkeliaran - walau jumlahnya tidak seekstrem di Indonesia. Hal ini karena di luar negeri sana mereka berusaha untuk menanggulanginya, di Seoul bahkan ada kebijakan khusus untuk mengurangi jumlah nyamuk yang masuk ke rumah warga dengan melakukan pengawasan saat populasi nyamuk mulai meningkat di suatu kawasan, dan pemerintah akan menginfokan ke warga setempat soal itu untuk mulai menutup jendela di jam-jam tertentu. Saya sendiri sangat kagum dengan kebijakan ini. 

Panasnya udara di musim panas jauh terasa lebih kering dan menyengat ketimbang di Indonesia (lebih menyengat untuk yang tinggal di pulau Jawa - tidak untuk sekitaran khatulistiwa).  Bedanya, kalau di kita yang namanya panas ya panas, jemur apapun keringnya cepat. Ini gak berlaku di sana. Di Jepang kemarin, walau udara di luar sangat panas, saya tidak berhasil mengeringkan sepatu saya, hasilnya masih lembab - jadi saya simpulkan udaranya panas tapi lembab (eaaaa... * abaikan ini). Pengalaman musim panas kemarin, panasnya minta ampun - seperti halnya matahari tepat di atas kita - di tempat kita kayak panas di jam 12 siang yang terik - tapi di sana setiap saat begini. 
Perbedaan lain lagi, di luar sana pemerintah setempat akan selalu menginfokan berapa tingkat UVA dan UVB hari itu, biasanya warga akan dihimbau untuk selalu menjaga kondisi biar tidak dehidrasi dan membawa payung / pakai topi / sunblock saat tingkat UVA dan UVB mencapai tingkat tertentu. Di tempat kita? kata UVA dan UVB sepertinya hanya dapat ditemukan di kemasan produk tabir surya atau kosmetik dan kacamata hitam wkwkwk. 

Temperatur udara di musim panas di akhir bulan Juli dan Agustus yang saya alami kemarin  adalah berkisar antara 30 - 36 derajat celcius. Hujan sering turun, tapi udara tetap panas. Begitu keluar ruangan keringat saya langsung bercucuran seperti habis berlari. 


 
Nih gaya berpakaian warga Tokyo di musim panas
Kostum: sama aja dengan kostum yang kita pakai di sini. Bedanya, ada 1 barang tambahan yang wajib dibawa di musim panas = handuk kecil untuk lap keringat. Di Jepang kemarin hampir 75% warga punya handuk kecil dan beberapa bahkan mengalungkannya di leher seperti abang-abang becak di sini wkwk.. Tissue tidak lagi membantu di sini. Saya kemarin cuma pakai tissue - karena saya gak bawa handuk kecil - malas beli karena ogah cuci handuk haha.. hasilnya saya menghabiskan 4 pak tissue kering dan tissue basah. Ini pertama kalinya saya menghabiskan stok tissue kering dan tissue basah yang saya bawa selama traveling. 




Yang paling penting di musim panas ini adalah jangan lupa minum biar gak dehidrasi dan tentu saja konsumsi vitamin biar stamina tetap terjaga (ini berlaku untuk musim lainnya juga sih).

Berikut CF dari Korea Tourism Organization (KTO) tahun 2012 "Miss Flower - Summer" yang menampilkan tanaman / bunga musim panas di Korea : Teratai, bambu, yellow cosmos, grape myrtle, snake's beard, rose of sharon. (video credit: Visit Korea youtube).




Gugur (September, Oktober, November). 

Deoksugung - late autumn 2015


Sesuai namanya ini musim disaat dedaunan pada berguguran.  Nah, untuk mencapai proses gugur tersebut, daun-daun ini akan mengalami perubahan warna terlebih dahulu dari hijau, kemerahan / kecoklatan hingga menguning. Kalau di musim semi yang dilihat adalah bunga-bunga yang cantik-cantik, di musim gugur ini, tontonan utamanya adalah daun-daun yang berwarna-warni dan mulai berguguran menutupi jalan. 

Musim gugur ini juga sering hujan. Jadi, tetap kudu siap payung ya.. walau gak sesering di musim panas. Air hujannya juga gak terlalu dingin - masih manusiawi seperti hujan di tempat kita hehehe. Anginnya mulai terasa dingin, apalagi kalau traveling di akhir November, karena udah mulai mendekati musim dingin - tahun 2015 ini malah sampai nembus nol derajat. Temperatur tengah November 2011 dan 2015 kemarin sekitar 3 - 10 derajat celcius. Sama seperti musim semi, grafik temperaturnya seperti segitiga, lebih dingin di pagi dan malam hari. 

Kostum: Kalau perginya awal September saya rasa kostum seperti musim semi sudah cukup Tapi apabila perginya sama seperti saya di late autumn - akhir November - maka bersiaplah dengan kostum musim dingin. Yang saya pakai kemarin: Coat (bukan trench coat), Jaket dengan bulu-bulu dibagian dalam yang tahan air / windbreaker jacket, pakaian thermal / longjhon, sweater / wol cardigan, pakaian lengan panjang, syal, legging dan sepatu boot (sepatu tertutup). Total lapisan yang saya pakai adalah 3-4 lapis wkwkw (set pakaian thermal - atasan lengan panjang - sweater / cardigan wol - outer berupa jaket / coat tergantung suhu udara di luar saat itu. Bawahan 2 lapis : thermal dan legging sebagai outer). 
Warga Seoul lebih banyak mengenakan coat, jaket tebal (bukan down jacket), windbreaker jacket, sweater - masih banyak juga yang pakai rok pendek tanpa atau dengan stoking. 


Seoulities di musim gugur November 2015


Berikut CF dari KTO tahun 2012 "Miss Flower - Fall" yang menampilkan tanaman / bunga musim gugur di Korea, diantaranya: cosmos, buckwheat, bunga matahari, maple, lycoris, syberian chrysantemum, ginkgo, dll. Video credit: Visit Korea youtube.


Dingin (Desember, Januari, Februari). 

 
Nami Island

Musim dingin yang pernah saya alami adalah di Seoul dan Nami Island - Januari 2013 selama 10 hari. Suhunya berkisar -7 derajat celcius sampai 8 derajat celcius. Tidak terlalu dingin jika dibandingkan suhu tahun ini. Kami harus ke Nami island dulu baru bisa merasakan yang namanya turun salju. Hujan masih sering turun dan sebagai catatan saja - salju itu biasanya selalu diawali dan diakhiri dengan turun hujan terlebih dahulu. Logikanya salju adalah air hujan yang membeku - jadi kalau suhunya terus menerus turun - baru deh air hujan akan berubah menjadi salju (ini teori saya pribadi - saya bukan dari jurusan IPA jadi mohon dimaklumi apabila salah wkwk). Air hujan di musim dingin ini dinginnya minta ampun. Jangan sampai kena kulit deh - di kulit terasa seperti ditusuk jarum / pedang tiap tetesannya. Menurut saya pribadi hujan air lebih dingin daripada hujan salju. Hujan air bikin menggigil, hujan salju tidak. 



Di musim dingin, pemandangan yang terhampar sudah pasti adalah winter wonderland - danau-danau, sungai yang membeku, atap-atap dan jalan yang tertutup salju (itu kalau salju baru saja turun), kalau tidak turun salju maka pemandangan yang terlihat adalah langit yang selalu mendung. Pohon-pohon yang ditutupi jerami. Tapi jangan khawatir, kalau ke Korea pas lagi gak turun salju di Seoul, pergi aja ke daerah Gangwon-do atau ski resort dijamin masih bisa mendapatkan pemandangan winter wonderland. Berbagai ice skating ring dan pelosotan ski juga akan dibuka diberbagai tempat di Seoul. Yang paling popular adalah Ice Skating Rink di depan Seoul City Hall dan pelosotan Ski di Hangang Park. 

Kostum: tentu saja kostum wajib musim dingin seperti down jacket untuk outer (jaket yang bagian dalamnya diisi bulu angsa, ada topinya - lebih bagus lagi kalau ada bulu-bulunya di bagian topi  - sebaiknya jangan yang 100% polyester karena itu tidak cukup untuk menahan dingin - tidak longgar / ada tali untuk mengencangkan bagian lengan dan bagian bawah jaket sehingga udara dingin tidak dapat masuk - tahan air), pakaian thermal / longjhon, pakaian lengan panjang dari bahan rajut, cardigan wol / jaket tebal sebagai layer, legging (saya selalu pakai legging di segala musim.. hehee.. yang pasti hindari bahan jeans, karena jeans akan mengikuti suhu luar), syal rajutan tebal, sarung tangan ramah gadget (hehe ini sarung tangan yang udah dirancang khusus bisa dipakai untuk pencet-pencet layar touch screen yang pakai sensor panas badan), penutup telinga (pada praktiknya ini tidak pernah saya pakai), kaos kaki thermal dan sepatu boot untuk winter (tidak berhak, anti selip, tahan air dan bagian dalamnya ada bulu-bulu). Di musim dingin, lapisan pakaian saya: thermal - kaos rajut - sweater / turtle neck / cardigan wol - jacket tebal - outer down jacket (lapisan biasanya saya kurangi kalau suhu tidak minus). Bawahan 1 - 3 lapis (tergantung suhu) : thermal - legging - legging. Saya hanya pakai syal buat kepentingan foto hehee.. kupluk dan penutup telinga hampir tidak pernah saya pakai, karena down jacket saya resletingnya dapat ditarik sampai menutupi leher dan topinya juga cukup tebal.
Satu lagi barang yang harus kita punya adalah hot pack - ini sangat membantu untuk tetap menjaga suhu badan kita agar tetap hangat. Hot pack ini mudah ditemukan di convenience store ataupun daiso selama musim dingin dijual mulai KRW 2000 - KRW 5000 tergantung merek dan ukurannya. Satu hot pack hanya dapat digunakan sekali - seharian - tidak untuk dipakai berulang. 

Kostum warga Seoul sendiri kurang lebih dengan kostum saya di foto saya di profil blog - hanya saja mereka tidak memakai lapisan sebanyak saya.. hehehe...outer mereka mayoritas adalah down jacket.
Seoulities di musim dingin - Insadong (bukan yang berpakaian merah ya hehee)

Dari hasil browsing saya dulu, kunci utama untuk bertahan di musim dingin - biar gak kedinginan - adalah dengan berusaha agar tangan, kaki dan leher kita tidak terpapar suhu dingin. Sebisa mungkin saat salah satu dari bagian tubuh tersebut mulai merasa kedinginan segeralah tambah lapisan pakaian kita seperti syal untuk menutupi leher / menarik resleting jaket sampai menutupi leher atau pakai sarung tangan atau mengenggam hot pack. Pengalaman saya kemarin dengan memasukkan hotpack di boot saya, saya sukses beraktivitas di luar ruangan bersuhu minus hanya dengan opaque thermal (semacam stocking thermal) tanpa merasa kedinginan. 

Ada satu hal lagi yang perlu diingat di musim dingin, semakin dingin suhu udara, baterai dari gadget kita akan cepat habis juga - termasuk power bank - menurut info yang saya dapat hal ini tidak berlaku untuk gadget yang memang dibuat di negara 4 musim, seperti Korea. Begitu pula untuk kamera, tidak semua kamera dapat beroperasi dengan baik di suhu minus. Beberapa bahkan lensanya akan freeze atau paling gak berembun yang akan mengganggu kualitas gambar bahkan tidak dapat dipakai sama sekali, karena lensa gak bisa keluar. 





Setiap musim punya ciri khas tersendiri karenanya pilihlah waktu keberangkatan dan tempat yang dituju sesuai dengan musim yang disukai. Ada tempat yang akan tampak lebih indah di musim tertentu, ada juga yang tetap cantik dan menawan di setiap musim. Jadi, telitilah sebelum memilih lokasi yang akan dimasukkan dalam itinerary^^ dan bawalah pakaian yang sesuai dengan cuaca di negara yang akan kita kunjungi.



Ulasan mengenai perjalanan saya di tiap musim dapat di baca di link berikut:







 

No comments:

Post a Comment