Monday, December 30, 2013

Tuntutlah ilmu sampai negeri China ... (edisi sarana transportasi)

Lain negara lain pula sarana transportasinya. kali ini saya akan menuliskan testimoni saya untuk sarana transportasi yang saya gunakan selama di Guangzhou, Shenzhen, Macau, dan Hongkong. Perjalanan saya kali ini adalah perjalanan yang menggunakan berbagai macam alat transportasi, mulai dari pesawat, kereta api, metro / subway, bus, taxi, trem, dan ferry.

Airbus A380
Perjalanan saya awali dari Hongkong, kali ini saya terbang dengan Singapore Airlines pp dari Jakarta, dengan rute CGK-SIN-HKG dan HKG-SIN-CGK. Beruntung tanpa sengaja saya memilih penerbangan yang menggunakan airbus A380 nya SQ yang notabene adalah pesawat penumpang terbesar berkapasitas kurang lebih 500 orang, dengan cabin 2 tingkat dan susunan kursi kelas ekonomi 3 - 4 - 3. Dari yang saya dengar, di Indonesia bandara yang dapat menampung pesawat ini hanya bandara Kuala Namu, Medan yang baru diresmikan beberapa waktu yang lalu. Bandara sebesar Soetta sekalipun belum bisa menampung pesawat ini karena sarana dan prasarana yang ada belum memadai untuk pesawat jenis ini.
Economy Cabin A380 - SQ (maaf untuk exteriornya agak sulit untuk di foto)


Secara kasat mata cabin pesawat ini tidak jauh berbeda dengan pesawat airbus pada umumnya, yang membedakan hanya badan pesawat yang lebih besar dan susunan kursinya. Sisanya hampir sama dengan pesawat SQ lainnya. Kalau boleh saya membandingkan pengalaman terbang dengan A380 dan pesawat airbus biasa, menurut saya tidak jauh berbeda. Bahkan kalau menurut saya, saya lebih suka pengalaman terbang dengan airbusnya GA ketimbang A380 ini. Soalnya saat landing dan take off-nya lebih smooth dengan minimal goncangan, mungkin beda pilot beda feel kali ya. Begitu pula dari segi makanan, saya juga lebih suka makanan yang disajikan oleh GA karena secara lebih ok daripada SQ. Kalau dari segi kelengkapan makanan dan pilihan beverage sih memang SQ lebih lengkap. Yang menyenangkan dari penerbangan dengan SQ adalah kelegaan kaki saat duduk, jarak kursinya cukup jauh dan reclining seatnya juga lebih ok dibanding pesawat lainnya. In flight entertainment-nya juga lebih up to date dengan pilihan film-film dan lagu yang lebih lengkap dan lebih baru dibanding yang ada di GA, dan yang paling juara ada colokan untuk charger dan usb di setiap seat, serta fasilitas wifi berbayar.
Menu lunch SQ

Bullet train
Sebagian besar sudah saya bahas di edisi kota dan gaya hidup. Bullet train China memang sama seperti bullet train pada umumnya. Kereta memang sama bagusnya, tapi administrasinya jauh berbeda. Tidak ada ruang tunggu di setiap peron layaknya THSR, peron kereta cepat ini sama persis dengan peron kereta di negara kita. Sebelumnya memang di dalam stasiun kereta ada ruang tunggu sendiri yang hanya bisa dimasuki setelah kita men-tapping barcode yang ada di tiket kita. Ruang tunggu ini memang bagus, dalam ruangan ber AC dan di dalam stasiun kereta yang menyerupai bandara, tapi cara nunggunya yang gak banget. Di Guangzhou sama saja dengan di negara kita, tidak mengenal apa itu mengantri, mau masuk peron aja rebutan gak pake baris, padahal setiap orang kan sudah mengantongi tiket dengan nomor kursi yang sudah pasti. Di dalam kereta juga tidak jarang banyak orang yang duduk sembarangan tidak sesuai nomor yang tertera di tiket.

Airport train HKIA

Train lainnya yang saya tumpangi adalah airport train dari HK International Airport ke downtown Hongkong. Kalau untuk train yang satu ini saya acungi jempol dah, keren banget. Konon katanya airport train Kuala Namu di Medan punya kualitas sama dengan airport train HKIA ini. Train ini punya tempat duduk di tiap gerbong yang saling berhadapan dan ada tempat khusus untuk koper jadi jangan khawatir kalau kita membawa koper besar. Train ini bisa jadi alternatif untuk transportasi dari HKIA ke kota. Dari segi harga memang lebih mahal dari airport bus, tapi kalau semuanya terbayar dengan waktu tempuhnya yang lebih cepat dari bus. 



Ferry

Jangan membayangkan ferry di China, Hongkong, Macau seperti ferry Ketapang-Gilimanuk ya, beda banget. Ferry di sana lebih mirip kapal ferry cepat macam Serayu (saya tidak yakin ferry ini masih beroperasi di Indonesia).  Di dalam kapal sudah ada deretan tempat duduk layaknya pesawat, ada yang sudah ditentukan no kursinya dan ada yang tidak, tergantung perusahaan pengelola ferrynya. Ferry yang saya naiki adalah untuk rute Shenzhen - Macau dan Macau - Hongkong (Kowloon), keduanya sangat bersih dan teratur. Sama seperti di kabin pesawat di ferry ini juga ada petugasnya, ada meja lipatnya, ada safety beltnya dan ada tempat kopernya. Bedanya dengan pesawat, tempat koper di ferry tidak terletak di atas tempat duduk, tapi berupa rak / tempat tersendiri di barisan paling depan.
Interior Ferry Shenzhen - Macau

Interior ferry Macau - Hongkong

Bus
Saya menggunakan sarana transportasi ini di Hongkong ketika akan mengunjungi The Peak. Bus umum di Hongkong adalah double decker Bus. Karena penasaran saya pun mencoba untuk duduk di atas, yang ternyata benar-benar tidak nyaman. Sepanjang jalan penuh dengan goncangan, benar-benar serasa naik roller coaster, kemungkinan sih disebabkan karena jalan yang berliku-liku dan naik turun ala jalan ke Puncak / Batu. Kalau dari penampakannya tidak jauh berbeda dengan bus di Singapura, ada papan petunjuk dan informasi tiap pemberhentian dalam 3 bahasa - Mandarin, Cantonese, Inggris. Pembayarannya juga dapat dengan tunai (tanpa kembalian tentunya - jadi harus siap uang pas), dan menggunakan kartu transportasi Octopus.
Bus tenaga listrik Guangzhou

Yang beda adalah bus di Guangzhou, di kota ini busnya ada yang masih menggunakan tenaga listrik layaknya trem di Hongkong, jadi di atas busnya ada kabel listrik semacam kereta gantung begitu. Sayang saya tidak sempat mencobanya karena selama di Guangzhou saya pergi kemana-mana diantar oleh kenalan papa.
Untuk Macau, dari penampakannya bus yang ada sama seperti bus pada umumnya, yang beda di Macau kalau mau tau rute bus kita harus mengetahui nama tempat yang kita tuju dalam bahasa Portugisnya, karena semua rutenya ditulis dalam bahasa Portugis.

Taxi
Yang membedakan taxi di Hongkong dan Macau dengan taxi di tempat kita adalah, taxi di kedua negara tersebut memberlakukan extra charge untuk koper sekitar 10 dolar. Kalau dari penampakannya sih sama seperti di negara kita, sama-sama menggunakan argometer, hanya saja taxi di Indonesia jauh lebih bagus mobilnya ketimbang yang di sana. Apalagi kalau dibandingkan dengan si Burung Biru. Hehehe.. taksi di sana kalah jauh.Soal harga, yang namanya taksi pastilah lebih mahal dibandingkan subway / bus ^^, apalagi dengan tambahan charge untuk koper. Jadi, kalau tidak terpaksa jangan naik taksi deh.

Subway
Saya menggunakan subway ketika di Shenzhen dan Hongkong. Guangzhou sendiri sebenarnya juga mempunyai subway, tapi saya tidak sempat mencobanya. Sedangkan Macau tidak memiliki subway. Subway di Shenzhen dan Hongkong tidak jauh berbeda dengan subway di Singapura. Tiket dapat dibeli single journey atau menggunakan kartu transportasi. Di Hongkong kartu transportasi 'sakti' model EZlink Singapura, namanya Octopus Card. Cara kerjanya sama persis dengan EZlink, dan T-Money di Seoul. Yang berbeda kalau Octopus Card ketika kita mengembalikan kartunya maka seluruh nilai yang tersisa di kartu akan di-refund ke kita beserta nilai deposit kartunya. Untuk single journey ticket di Shenzhen Metro, tidak berupa kartu tapi berupa coin plastic menyerupai chip casino. Coin ini cukup di tap kan di mesin pembaca ketika masuk stasiun, dan ketika keluar rute akhir dimasukkan ke dalam lubang - semacam lubang tempat koin di telepon umum koin.  Info lebih lengkap bisa di cek di website resmi mereka : http://www.szmc.net/page/en/take_metro.html



Untuk trem saya tidak akan membahas di posting ini karena saya tidak mencobanya sendiri. Mungkin lain kali, kalau ada kesempatan untuk ke Hongkong lagi.

No comments:

Post a Comment