Thursday, October 27, 2016

Kyoto - My solo trip to Japan

11 days Japan 1st summer trip – Part 2

From modern capital city to ancient capital city of Japan

clockwise - Kyoto Tower, Golden Paviliun (Kinkakuji Temple), Kyoto Imperial Palace, Fushimi Inari, Nijo castle, Shinkansen Tokyo-Kyoto ticket, Sento Imperial Palace, Gion, Yasaka shrine, Sannenzaka, Kiyomizudera temple

 

Kota kedua yang saya tuju di Jepang setelah Tokyo adalah Kyoto (cerita tentang perjalanan di Tokyo dapat dibaca di link ini). Saya menginap di Kyoto selama 6 hari 5 malam, tapi selama 6 hari tersebut saya tidak hanya ekslplore kota Kyoto saja. Saya melakukan day trip dari Kyoto ke Himeji, Hiroshima dan Miyajima serta Osaka. Day trip ke kota-kota tersebut dari Kyoto sangat memungkinkan bagi pemegang JR pass karena rata-rata dapatditempuh dengan shinkansen kurang dari 2 jam, bahkan untuk rute Kyoto-Osaka hanya 15 menit, berasa seperti naik subway doang ^^ (inilah yang saya sebut ‘The power of JR pass’ ^^, klo punya ini gunakanlah semaksimal mungkin) Yang full day di Kyoto dapat dikatakan hanya 2 hari.
Postingan kali ini akan membahas tentang tempat-tempat yang saya tuju di Kyoto saja, untuk Hiroshima & Miyajima, Himeji dan Osaka akan dibahas di postingan tersendiri.



Berikut itinerary saya selama di Kyoto:

Hari pertama (day 5 trip):
Kinkakuji Temple (Golden Pavilion), Kiyomizudera temple, Higashiyama district (Sannenzaka), Yasaka shrine, Gion.

Hari kedua (day 6 trip):
Himeji day trip, night: Shijo Kawaramachi (dept store).

Hari ketiga (day 7 trip):
Kyoto Imperial Palace tour, Sento Imperial Palace tour, Nijo Castle, Fushimi Inari.

Hari keempat (day 8 trip):
Hiroshima & Miyajima day trip.

Hari kelima (day 9 trip):
Osaka day trip (by Osaka Amazing Pass).

Hari keenam (day 10 trip):
Go to Osaka.

Klik link ini untuk iItinerary trip Jepang saya selengkapnya.

Kyoto station

Kalau naik shinkansen ke Kyoto kita akan turun di Kyoto station. Sama seperti Tokyo station, Kyoto station ini bangunannya juga luas tapi tetap sudah dilengkapi dengan petunjuk arah berbahasa Inggris. Sesampainya saya di Kyoto station, saya langsung menuju ke Tourist Information Centre untuk mengambil map, brosur / guidance wisata dan untuk membeli Kyoto bus & city bus daily pass (klik link ini untuk ulasan tentang pass ini). Setelah bus pass sudah ditangan saya langsung menuju ke halte bus sesuai nomor bus yang menuju ke hostel saya. Halte city bus letaknya di depan Kyoto station dan mudah untuk ditemukan karena ada petunjuk berbahasa Inggris.

Khaosan Kyoto Guesthouse.

Ini hostel tempat saya menginap selama 5 malam di Kyoto dan so far adalah hostel favorit saya dari segi fasilitas hostel^^. Proses check in saya berlangsung dengan lancar dan karena saya tibanya sebelum jam check in, saya hanya bisa menitipkan koper di luggage room. Setelah menyelesaikan pembayaran dan mengamankan koper saya, saya pun langsung memulai petualangan saya di Kyoto, tak lupa beli ransum dulu di convenience store dekat hostel. Seperti biasa, ransum saya hari itu adalah sushi dan onigiri serts minuman botolan dari vending mesin.
Review saya selengkapnya tentang hostel ini dapat dibaca di link ini.

Kinkakuji Temple (Golden Pavilion).

 
Kinkakuji temple summer
Di musim panas beginilah pemdandangan yang menunggu kita di Kinkakuji temple

Rute pertama saya adalah ke Kinkakuji temple yang lokasinya agak jauh dari pusat kota Kyoto. Cara termudah untuk ke tempat ini adalah dengan naik city bus. Dari tempat pemberhentian bus, kita masih harus jalan kaki lagi sekitar beberapa ratus meter. Jadi, persiapkanlah stamina kalian yaa.. apalagi buat yang mau ke sini di musim panas, rasa capeknya double. Untungnya semua rasa capek tersebut bakal terbayar saat kalian melihat Kinkakuji temple ini.
Di Kyoto ada 2 temple yang namanya hampir mirip, Cuma beda 1 huruf, Kinkakuji dan Ginkakuji. Keduanya adalah tempat yang berbeda, dan lokasinya juga terletak di arah yang berlawanan, jangan sampai salah membaca di peta atau saat bertanya. Kinkakuji adalah Golden pavilion, disebut begitu karena 2 lantai pertama bangunan temple-nya berwarna emas. Sementara Ginkakuji adalah silver pavilion, yang ini gak ada hubungannya sama warna bangunannya, kemungkinan disebut silver pavilon karena model bangunannya serupa dengan Kinkakuji.

Ini salah satu yang unik dari Kinkakuji temple - tiket masuk yang modelnya mirip jimat ^^ (atau beneran jimat ya?! ada yang bisa klarifikasi? *belum belajar bahasa Jepang*) - terlalu sayang untuk dibuang

Akses: Kyoto City Bus 101, 205
Admission fee: JPY 400

Kiyomizudera temple dan Higashiyama district. 

Kiyomizudera temple summer
Hall utama Kiyomizudera temple - hall ini akan terlihat sangat menawan di musim gugur dan musim semi. untuk musim panas, saya harus cukup puas dengan view seperti ini ^^

Kuil ini letaknya di arah sebaliknya dari Kinkakuji dan lebih dekat dengan hostel. Saya memutuskan untuk ke sini karena ternyata saya tidak menghabiskan banyak waktu di Kinkakuji temple *mungkin karena spot menariknya ya memang cuma temple-nya doang*. Untuk menuju Kiyomizudera temple ini, perjalanannya jauh lebih berat dari Kinkakuji. Dari lokasi tempat pemberhentian bus, kita masih harus berjalan kaki sekitar 1,5 km *atau mungkin lebih, saya gak tau pastinya, yang pasti kemarin hampir satu jam jalannya padahal gak pake berhenti* dan jalanannya menanjak. Beruntung di sepanjang jalan ada banyak toko- toko jadi perjalanan tidak begitu membosankan.

Sampai di lokasi pun, jalanannya masih terus menanjak apabila kita mau menuju ke main hall-nya, ya karena memang temple ini terkenal dengan view temple di atas bukitnya. Dibandingkan dengan Kinkakuji, Kiyomizudera ini mempunyai lebih banyak spot menarik dan banyak sekali orang-orang ber-yukata yang berlalu lalang. Satu hal yang perlu diingat, yang pake yukata 80% ada turis hahaha.. mayoritas turis RRC, Hongkong, Taiwan wkwk… mereka menyewa 1-day yukata dan Kiyomizudera ini adalah tempat favorit untuk dituju dengan yukata karena banyaknya bangunan tradisional Jepang di sepanjang jalan menuju Kiyomizudera.  Saya kemarin tidak mencoba 1-day yukata ini karena saya pergi sendirian, klo ujung-ujungnya Cuma foto selfie ngapain saya harus repot-repot pakai yukata dan mondar mandir dengan bakiak (lain halnya untuk hanbok ya.. I love hanbok).
Saya kemarin terjebak cukup lama di Kiyomizudera karena hujan deras yang tiba-tiba turun dan hebatnya itu Cuma hujan lokal saja di daerah sekitar Kiyomizudera temple saja, malamnya ketika saya jalan di gion tidak ada tanda-tanda bekas hujan sama sekali. Kalau dilihat ya, sepertinya daerah ini memang rawan hujan deras di musim panas karena hampir semua teman sekamar saya di hostel bilang mereka kehujanan saat ke Kiyomizudera padahal harinya beda-beda dan benar hujannya Cuma di sekitar temple doang.
Gara-gara hujan deras, saya tidak sempat untuk mencicipi mata air yang disebut Otowa waterfall yang punya 3 aliran terpisah yang konon katanya punya manfaat berbeda, masing-masing panjang umur, kesuksesan dan keberentungan dalam percintaan. Saya juga tidak mencoba peruntungan di Jishu  Shrine – shrine yang didedikasikan untuk cinta dan perjodohan, lokasinya tepat di belakang main hall. Di shrine ini ada 2 batu yang letaknya terpisah sejauh 18 meter, menurut kepercayaan setempat, kalau kita berhasil berjalan dengan mata tertutup dari batu yang satu ke batu lainnya kita akan beruntung dalam dunia percintaan^^.
Kiyomizudera temple ini juga merupakan salah satu situs UNESCO World Heritage di Jepang.
Di musim panas main hall dari Kiyomizudera ini terlihat biasa bagi saya, beda sekali dengan foto-foto yang saya lihat di internet karena kebanyakan fotonya diambil di musim semi dan gugur.
Setelah dari Kiyomizudera temple saya menuju ke Yasaka shrine melewati Sannenzaka stairs. Di Higashiyama district ini ada dua jalur budaya terkenal yaitu Ninnenzaka dan Sannenzaka. Di sepanjang jalur ini kita akan melewati bangunan-bangunan berarsitektur tradisional Jepang yang kebanyakan merupakan toko dan restoran.
Kiyomizudera temple summer
Bagian depan Kiyomizudera temple - psst.. yang lagi beraksi pose dengan yukata bukan orang Jepang - di sepanjang jalan menuju ke Kiyomizudera saya menemui banyak sekali orang berpakaian yukata dan 95% nya adalah turis Asia wkwk

Tips:
-Siapkan stamina dan air minum kalau berkunjung ke sini, karena jalurnya yang menanjak.
-Biar tetap fun di sepanjang perjalanan, siapkan kamera untuk foto-foto atau kalau perlu bisa menyewa 1-day yukata.
-Buat yang mau mencoba  air dari Otowa Waterfall sangat tidak direkomendasikan untuk mengambil ketiga mata air karena dianggap serakah.
-Siapkan payung atau jas hujan kalau pergi di musim panas – karena di sini sering banget turun hujan.
-Jangan khawatir nyasar di sepanjang jalur Higashiyama district karena ada papan petunjuk yang menuliskan arah menuju ke spot-spot terkenal. Jalan di jalur ini membuat saya teringat dengan jalan menuju ke Ruins of St Paul di Macau

Akses: Bus 100,206 + 10 min jalan kaki menanjak menuju kuil
Admission fee: JPY 400

Yasaka Shrine.

Yasaka Shrine - untuk dapat foto ini saya belain menyebrang jalan ^^ *penting ^^*

 

Dari jalur Sannenzaka, setelah melewati Yasaka Pagoda, setelah menempuh jalan kecil tak berujung akhirnya saya menemukan jalan raya hehe.. dengan harapan Yasaka shrine sudah berada dekat, tapi ternyata saya keluar dari jalurnya terlalu cepat, jadinya perjalanan saya ke Yasaka shrine terasa cukup lama dan jauh *ini gara-gara saya penasaran sama si Yasaka pagoda, kirain Yasaka shrine letanya gak jauh dari sono*
Yasaka shrine ini adalah bangunan temple di tepi jalan raya dengan bangunan berwarna orange yang sangat eye catching. Dipastikan kalian tidak mungkin dapat melewatkannya. Yasaka shrine ini tepat terletak di seberang jalan menuju ke Gion.
Yasaka shrine ini terkenal dengan Gion Matsuri-nya, sayang saya tiba di Kyoto beberapa hari setelah festival tersebut hiks.

Akses: Bus 100, 206.
Admission fee: Free.

Gion

Pernah dengar Geisha? Nah, Gion ini adalah tempat dimana kita bisa melihat langsung geisha. Di Kyoto geisha disebut sebagai Geiko dan yang Geiko yang masih dalam tahap persiapan biasa disebut maiko. Hanya mereka yang benar-benar beruntunglah yang dapat bertemu dengan maiko ataupun geiko di Gion, karena biasanya mereka akan berjalan dengan bergegas ke tempat kerja mereka. Saya sendiri dua kali ke tempat ini tidak ketemu sama sekali.
Gion ini dipenuhi dengan bangunan tradisional Jepang yang kebanyakan berfungsi sebagai restaurant.
Tips:
-Kalau kalian beruntung bertemu dengan Maiko atau Geiko saat ke sini, jangan seperti paparazi, jangan menghalangi jalan mereka untuk berangkat atau pulang kerja, jangan maksa foto bareng apalagi megang. Saking banyaknya turis yang berburu foto maiko dan geiko ala paparazi, membuat tourism organization setempat mengeluarkan aturan-aturan dasar di Kyoto.
-Kalau kalian niat pake banget pengen foto bareng Maiko atau Geiko, cara paling mudah tapi cukup mahal adalah dengan mengunjungi restoran yang menawarkan geiko atau maiko entertainment experience. Di sini kalian gak perlu susah-susah nunggui si Maiko atau Geiko muncul, hanya saja untuk mendapatkan layanan eksklusif ini kalian harus membayar dengan biaya yang gak sedikit.
-Gion district ini terlihat indah pagi, siang, malam. Menurut saya di malam terlihat lebih wow.. karena lampu-lampu di rumah tradisional Jepang yang temaram membuat suasana seperti kita lagi jalan di jalanan tempo dulu. Kalau mau mencoba ini, jangan lupa bawa kamera ysng punya night mode yang cukup bagus.

Kyoto Imperial Palace tour

 
salah satu bangunan di dalam kawasan Kyoto Imperial Palace


Jujur, awalnya saya punya ekspektasi yang cukup tinggi untuk istana ini. Di bayangan saya, saya akan disambut dengan bangunan istana nan megah seperti halnya istana- istana yang pernah saya kunjungi sebelumnya. Tapi semua itu tinggalah harapan, karena untuk istana di Jepang, kita gak bisa melihat bagian dalamnya. Free guided tour istana kerajaan di Jepang hanya memberi akses terbatas untuk para peserta tur. Kita hanya bisa mengintip bangunan istana dari pintu gerbangnya saja.
 
Ini ruang tunggu sebelum tur dimulai
Free guided tour ini harus diresevasi jauh-jauh hari lewat website berikut http://sankan.kunaicho.go.jp/english/guide/kyoto.html  dan di hari h kita harus melapor ke bagian rumah tangga kerajaan untuk regristrasi sesuai jam yang telah ditentukan sambil membawa print out bukti registrasi. Pastikan yang kalian booking adalah tour berbahasa Inggris. Sambil menunggu tur dimulai, peserta akan diminta menunggu di ruang tunggu yang cukup luas untuk Kyoto Imperial Palace tapi tidak untuk Sento Imperial Palace. Di ruang tunggu ini juga dijual berbagai cinderamata bertema Imperial palace dan juga ada vending machine minuman beserta kantinnya. Saya kemarin selesai tur langsung menuju ke kantinnya dan menyantap semangkuk donburi – maklum saat itu cuaca lagi panas-panasnya, kita jadi cepat lapar cepat haus.
 
INi penampakan donburi yang saya beli di kantin Kyoto Imperial Palace

Akses: Subway Imadegawa station + 5 min walk
Ini tour guide saya saat di Kyoto Imperial Palace

Sento Imperial Palace tour

Sento Imperial Palace garden - musim panas

 

Istana ini lokasinya tidak jauh dari Kyoto Imperial Palace, dapat ditempuh dengan jalan kaki. Karena kemarin perginya musim panas, jarak yang sebenarnya tidak seberapa jauh itu, menjadi terasa cukup jauh karena udara yang kering dan panas. 
Menurut informasi yang saya baca di berbagai website, katanya tour ke Sento Imperial Palace ini adalah yang paling diperebutkan oleh turis, karena itu pulalah saya tetap belain untuk reservasi walau sebelumnya saya sudah mengunjungi Kyoto Imperial Palace. Info dari website yang saya baca, pemandangan di taman istana Sento ini sangat indah di musim semi dan istana ini juga merupakan istana yang masih digunakan oleh keluarga kerajaan sampai saat ini. 
Bagaimana pendapat saya? Lagi dan lagi karena perginya di musim panas, istana yang seharusnya terlihat cantik nian, jadi biasa saja ditambah lagi dengan tour yang dibawakan dalam bahasa Jepang, jadi deh gak 'mudeng' sama sekali. Alhasil, tour guidenya ngomong, saya sibuk foto-foto bersama para turis asing lainnya sambil 'ngerasani' wkwk... Tour guide yang membawa kami saat itu adalah seorang Bapak-bapak dan sepertinya dia ini orangnya lucu banget, soalnya para peserta tur yang asli Jepang dan mengerti bahasa Jepang pada bolak balik ngakak (ada 2 peserta orang Indonesia yang sudah lama tinggal di Jepang - seperti biasa kalo ketemu WNI di luar negeri sono mayoritas songong-yang ini juga gak kalah songong- bikin malas deh).  

Untuk mengikuti tur ke Sento Imperial Palace ini juga diperlukan reservasi terlebih dahulu lewat website berikut ini: http://sankan.kunaicho.go.jp/english/guide/sento.html

Akses: Subway Marutamachi station + 15 mins walk

Nijo Castle

Nijo Castle

 

Untuk kesekian kalinya saya dikecewakan dengan pemandangan di musim panas. Nijo castle yang seharusnya terlihat cantik nian di musim lainnya, di musim panas ini terlihat tidak begitu menawan, apalagi saya ke sini setelah mengunjungi Himeji castle.
Kelebihan dari kastil ini, lokasinya yang mudah diakses dengan metro dan terletak tidak jauh dari exit metro. 
Beda dengan Himeji castle, di Nijo castle kita juga diharuskan melepaskan alas kaki kalau mau masuk kedalamnya, tapi tidak perlu menenteng sendiri, jadi di sini ada loker untuk menempatkan sepatu. 

Akses: Subway Nijojomae station
Admission fee: JPY 600

Fushimi Inari

Fushimi Inari Kyoto
Jutaan Torii di Fushimi Inari
Tadinya saya sudah mau mengikhlaskan tempat ini, karena saya pernah membaca blog yang bilang klo ke sini jangan sore-sore karena suasanya yang menyeramkan di sore hari. Untung saja, saya nekad ke sana walau sudah jam 4.30 sore, kalau tidak saya tidak  akan mendapatkan pemandangan sunset di bawah ini.

Fushimi Inari ini paling mudah dituju dengan JR train dan berhenti JR Inari Station. Lokasi stasiun ini tepat berada di depan gerbang Fushimi Inari. Saat itu sebagai pemegang JR pass tentu saja saya ke sana dengan JR train (gratis gitu loh ^^). 
Fushimi Inari ini terkenal sebagai kuil jutaan torii (gerbang merah khas kuil shinto). Bagi saya kunjungan ke kuil ini sangatlah berkesan. Kenapa? Pertama, karena saya sangat terpukau melihat jutaan torii yang berjejeran di sepanjang jalur dari dan ke puncak gunung inari. Kedua, saya mencoba untuk menjalani walking trail melewati jutaan torii menuju ke puncak gunung inari - yang akhirnya saya tidak berhasil menyelesaikan tracknya karena hari yang udah mulai gelap dan sudah sangat lelah. Ketiga, Jalur menuju ke puncak Inari adalah jalur yang dilewati oleh para peziarah, dan hebatnya mereka dapat mencapai puncak dengan mudah, sementara kami para turis pakai gempor. Keempat, disepanjang jalur pendakian pada tahap tertentu ada vending machine - yang harga minumannya semakin ke puncak semakin mahal - yang bikin kagum, bagaimana cara mereka membawa stok minuman ke puncak ya? kita yang jalan tanpa bawa apa-apa aja sudah lemas begini.
Ini peta jalur pendakian menuju puncak gunung Inari  yang terdiri dari jutaan Torii dan tangga. Saya sendiri hanya berhasil mencapai 1 stage sebelum puncak dari jalur sebelah kanan.
Ini keterangan jumlah torii di setiap stage
sunset di perjalanan menuju puncak gunung Inari - Fushimi Inari - walau lelah, panas, pemandangan ini setidaknya cukup menghibur hati ^^

Tips untuk mengunjungi Fushimi Inari dapat dibaca di sini

Akses: JR Inari Station


Tulisan lain mengenai solo trip Jepang saya, dapat dilihat di link ini.



No comments:

Post a Comment