Hari Minggu yang lalu tgl 9 Des 2020, untuk pertama kalinya gue nonton film karya sineas Myanmar yang judulnya "A Flower above The Clouds". Nonton ini karena dapat undangan screening dari Korean Cultural Center Indonesia (KCCI). Film ini adalah film kerjasama Korea dan Myanmar yang dibintangi oleh artis dan aktor dari masing-masing negara.
Bagaimana cerita filmnya?
Karena ini pertama kalinya gue nonton film Myanmar, gue cukup penasaran dengan bahasanya. Jadi yang gue tunggu-tunggu di awal itu adalah dialog para pemainnya. Film ini syutingnya di Myanmar dan Korsel karena itu bahasa yang digunakan dalam film adalah Myanmar, Korea dan Inggris.
Akhirnya rasa penasaran gue terjawab, bahasa Myanmar itu ternyata hampir terdengar serupa dengan bahasa Vietnam serta tulisannya mirip tulisan Thailand yang menyerupai aksara Jawa itu.
Rupa para pemain Myanmar dan pakaian adatnya pun mirip dengan orang Indonesia. Begitu liat kain tradisionalnya gue langsung ingat kain ulos dan tenun ikat dari Nusa Tenggara. Begitu pula dengan pemandangan lokasi syuting film yang kebanyakan ber-setting di pedesaan, juga mengingatkan gue ke negeri diatas awan di tanah Dieng. Benar saja banyak traveler yang bilang klo mereka traveling ke Myanmar seringkali dikira orang lokal.
Cerita filmnya sendiri cukup ringan namun cukup ber'bumbu' ala drama Korea jaman dulu. Biar gak ada spoiler, gue kasih clue saja ya. Film ini punya bagian cerita yang mirip dengan drama-drama angkatan Autumn in My Heart & Stairway to Heaven plus film yang baru tayang tahun lalu Last Christmas.
Ceritanya sendiri mengisahkan tentang kehidupan pemeran utamanya berjuang melawan trauma dan permasalahan hidupnya. Banyak pesan moral yang disampaikan dalam film ini lewat dialog maupun lewat lagu yang dinyanyikan oleh kedua pemeran utamanya.
No comments:
Post a Comment