Setahun yang lalu, di penghujung November, saya berada di Busan, Korea Selatan untuk suatu trip yang diadakan oleh Korean Culture and Information Service (KOCIS). Trip ini adalah bagian dari program undangan jurnalis asing yang diadakan oleh KOCIS setiap tahunnya. Dalam trip ini, saya bersama dengan 6 orang honorary reporters (HR) undangan lainnya mendapatkan suatu kehormatan untuk meliput KTT ASEAN-ROK dan mengeksplor kota Busan selama 6 hari 5 malam.
*Buat yang belum tau, KOCIS ini adalah sebuah agensi afiliasi dari Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata (MCST) Korea yang menaungi 32 Korean Cultural Centers di 27 negara dan Korea.net
One year ago, today, Nov 24, I was in Busan, South Korea for an invitation trip that held by Korean Culture and Information Services (KOCIS). Every year, KOCIS will invite influential journalists from major countries around the world to support their visit and coverage of, Korea. This time, six honorary reporters (HR) of Korea.net got the honor to be invited to join this program. I was one of the lucky HRs that got an opportunity to cover the ASEAN-ROK Commemorative Summit and explore Busan in 6D5N.
*In case you don't know, KOCIS is an affiliated agency of the Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) of the Republic of Korea.
Berbeda dengan trip undangan yang pernah saya ikuti sebelumnya (VIP invitation trip KTO 2015 dan KBS World Battle Trip in Daegu), trip ini dikelola dengan sangat profesional. Mulai dari proses pengumpulan data sampai pelaksanaannya semuanya dikelola ala business trip kantoran. Pokoknya udah berasa delegasi KTT mewakili Indonesia deh^^! Seluruh peserta mendapatkan invitation letter dari KOCIS yang ditandatangani langsung oleh Direktur KOCIS, mengisi form rencana peliputan hingga surat ucapan terima kasih dari KOCIS yang dikirimkan beberapa hari setelah kami kembali dari trip.
Sejujurnya saya dan Fitri tidak pernah menyangka kalau kami bakal mendapatkan undangan untuk mengikuti trip ini, mengingat kalau dilihat dari background peserta lainnya, mereka rata-rata adalah HR yang pekerjaan sehari-harinya memang jurnalis. Peserta dari Mesir adalah jurnalis media cetak di Mesir, dua peserta dari Bulgaria bekerja di TV lokal Bulgaria dan peserta dari Kazakhstan pun juga merupakan jurnalis media elektronik. Alhasil kami cukup kelabakan mengisi form rencana peliputan yang formatnya merupakan template yang sama yang biasa diisi oleh jurnalis profesional. Tapi berkat keinginan kuat untuk ‘menjadi saksi’ perhelatan akbar ‘KTT ASEAN-ROK’, kami pun berhasil membuat rencana peliputan terbaik versi kami dan berhasil kami pertanggungjawabkan pasca trip.
(Ingat! Dibalik setiap trip yang disponsori pasti ada ‘pe-er’ yang menanti anda hehe).
Trip kami berlangsung dari tanggal 24 - 29 Nov 2019. Dibanding peserta lainnya, tim Indonesia adalah yang paling beruntung dari segi durasi trip karena kami tiba lebih awal dari beberapa peserta lain dan pulang paling akhir. Yeay!
23 Nov 2019 - Departure from Jakarta
Berbeda dengan trip ‘bersponsor’ lainnya, kali ini kami terbang ke Busan dengan maskapai non-Korea di karenakan pihak penyelenggara menginginkan kami terbang langsung ke Busan. Walau pada kenyataannya kami tetap harus transit di Hongkong karena kami naik Cathay Pacific (CX) dari Jakarta dan menyambung dengan Cathay Dragon dari Hongkong ke Busan. Karena hal ini pula, kami berangkat 1 hari lebih awal, tanggal 23 Nov 2020 tengah malam. (Psst! rejeki anak sholeh, karena berangkat tanggal 23 kami bisa mengantar langsung EXO balik ke Korea setelah konser mereka di BSD- walau gak bisa sepesawat hahaha).
Setelah nyaris setengah hari transit di HKIA, akhirnya kami pun tiba di Gimhae International Airport, Busan saat matahari nyaris tenggelam. Dari airport kami dijemput oleh translator kami, MJ, dan langsung berangkat ke hotel untuk check-in, drop luggage, trus langsung lanjut briefing & welcome dinner. Perjalanan dari airport ke hotel kami di Haeundae memakan waktu cukup lama dari biasanya karena katanya pada macet dimana-mana di Busan karena ada KTT. Karenanya, setibanya di hotel pun kami harus bergegas lanjut ke lokasi welcome dinner tanpa sempat berganti pakaian.
Lucky me! I met EXO at Jakarta airport |
24 Nov 2019 - Welcome Dinner & Briefing
Restaurant tempat welcome dinner kami adalah resto yang menyajikan menu western yang suasananya ala resto fine dining - bayangkanlah resto tempat candle light dinner di K-drama cuma ukurannya lebih kecil karena ini lebih mirip cafe.
Setibanya kami di resto, kami pun sudah disambut dengan tatanan meja ala acara makan malam resmi lengkap dengan tag nama bertuliskan nama lengkap, pekerjaan & asal negara kami di atas meja. Di kursi kami pun sudah ada goodie bags menanti yang dikemas dalam sebuah tas tenteng abu-abu yang khusus dipesan untuk kami lengkap dengan bordiran nama kami masing-masing dalam tulisan hangeul. (Two thumbs up for this!) . Tidak cukup hanya luarnya saja, di dalam tas sudah ada welcome package yang menunggu untuk kami unboxing.
Acara pun dibuka dengan perkenalan dari penyelenggara dan tiap peserta. Guess what?! I’m the lucky no 1 - yang notabene bikin saya kelabakan secara perkenalannya dalam bahasa Inggris dan ini terjadi dalam kondisi saya yang baru landing dari perjalanan udara + layover nyaris 18 jam x_x. Gilanya lagi, perkenalan ini juga langsung diterjemahkan ke bahasa Korea oleh penerjemah kami, MJ, yang duduk tepat di sebelah saya. Di trip ini ada 3 orang penerjemah yang menemani kami, 2 penerjemah bahasa Inggris dan 1 penerjemah bahasa Arab untuk HR dari Arab. Ketiganya merupakan penerjemah profesional, terutama si MJ. Kalau melihat cara dia menerjemahkan membuat saya de-javu moment di Yeonbingwan bulan Mei 2020 kemarin - saat seluruh omongan saya diterjemahkan oleh penerjemah dari Blue House.
Me trying to pull my self together during my short introduction session (Yes, I was still in my super comfy 'airport fashion' that day-lol) - (photo by: Park Jung-keun) |
Setelah semua peserta memperkenalkan diri, pihak penyelenggara pun mulai sesi briefing tentang jadwal perjalanan kami, yang juga diterjemahkan langsung dari Korea ke Inggris oleh MJ plus penjelasan tentang apa saja yang kami terima dalam welcome kit. Satu hal yang paling membuat saya kagum dari welcome kit ini adalah paket well-being yang ada di dalamnya, seperti masker mata, sheet mask Mediheal, obat-obatan dan vitamin. Baru kali ini saya ikutan trip yang isi welcome package-nya ‘penuh perhatian’ begini.
This was the best ‘official’ welcome dinner that I’ve ever attended in my life. Kudos to the Aju’s team!Our welcome dinner was hosted at a cozy-western style restaurant near the hotel. When we arrived there, two long dinner tables had been waiting for us. The table was set-up in a formal way, with each participant name sign placed on the table. Each name sign contains information like name, country's flag and job title. On each dining chair there was a special designed bag with our hangeul name embroidered on it. Later on, the organizer told us that inside this bag we would find a special curated welcome kit that contains a very useful things for our wellbeing during our stay in Korea. There were a set of over-the-counter medicines, vitamins, mask sheets, eye masks, a 'mother of pearl' notebook, a name tag, a multi-color pen and merchandises from KOCIS. Again, this was the best welcome package that I've ever received in an event and it was the most thoughtful one. Kudos to the organizer!
25 Nov 2019 - ASEAN-ROK Commemorative Summit
A group photo with fellow HRs at the press centre (Photo by: Jessica Wirastari) |
Rute pertama hari kedua seluruh peserta adalah BEXCO, tempat diselenggarakannya KTT ASEAN-ROK. Di hari pertama ini, kami dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim yang akan seharian di BEXCO dan tim yang akan mengunjungi Busan Air Cruise setelah makan siang. Saya dan Fitri ada di tim yang akan tinggal di BEXCO.
Setibanya kami di BEXCO kami disambut oleh antrian panjang untuk memasuki gedung karena ada pemeriksaan barang bawaan.. Setelah memasuki gedung, kami pun langsung berpencar menuju ke event yang ingin kami liput. Rute saya dan Fitri hari ini adalah ASEAN-ROK Culture Innovation Summit, ASEAN-ROK Unicorn & Start-up Talk Concert, ASEAN-ROK Smart City Fair plus bertemu tim jurnalis Korea.net sekaligus lunch di media center. Selengkapnya tentang pengalaman saya di ASEAN-ROK Commemorative Summit dapat dibaca disini.
Visitors lining up to enter BEXCO |
Catatan menarik di KTT ASEAN-ROK ini adalah saya bertemu dengan Presiden Moon Jae-in di ASEAN-ROK Culture Innovation Summit dan dapat melihat beliau dari jarak kurang dari 2 meter karena saya duduk di tribun media yang lokasinya tepat di belakang kursi VVIP (the best seat ever! all thanks to Korea.net for the media access). Yang kedua saya juga bertemu dengan Cinta Laura Kiehl di tempat yang sama, yang saat itu merupakan wakil dari Indonesia untuk menyanyikan theme song KTT. Yang ketiga adalah suatu kesempatan langka yang mungkin tidak mungkin terulang kembali yaitu melihat langsung dibalik layar peliputan KTT di media center plus mencoba langsung menu makan siang yang disajikan untuk seluruh jurnalis yang meliput perhelatan akbar ini.
Jadwal hari pertama kami ditutup dengan makan malam full-team. Menu makan malam hari pertama kami adalah ikan mackarel bakar yang merupakan ikan representatif dari Busan.
26 Nov 2019 - Sesi interview TPO, city tour, luncheon with KOCIS
Di hari ketiga ini, saya bangun lebih awal untuk mengejar matahari terbit di pantai Haeundae yang letaknya tepat di depan hotel. Namun ternyata hari itu cukup berawan sehingga matahari terbitnya ketutupan awan :(. Untuk mengobati kekecewaan, saya pun akhirnya malah sesi foto dengan burung camar yang banyak nongkrong di pasir pantai Haeundae.
a Seagull at Haeundae Beach |
Jadwal kami hari ini, diawali dengan sesi wawancara eksklusif dengan Sekretaris Jenderal Tourism Promotional Organization (TPO) for Asia Pacific Cities. TPO ini adalah organisasi yang mengemban misi untuk menjalin kerjasama promosi pariwisata antara kota-kota utama di Asia Pasifik, termasuk di dalamnya kerjasama ‘sister city’, seperti Surabaya dan Busan.
Memasuki kantor TPO, saya dan Fitri berasa seperti di Indonesia, karena kantor ini memajang banyak benda-benda seni dari Indonesia. Sekretaris Jenderal TPO, Mr Kim Soo-il pun fasih berbahasa Indonesia. Kami berdua sempat terpukau saat Mr Kim, mengijinkan kami mengajukan pertanyaan dalam bahasa Indonesia.
Our special interview session at TPO with Secretary General Mr Kim Soo-il (Photo by: Park Jung-keun) |
Sejujurnya ini adalah kali pertamanya saya dihadapkan pada sesi interview spesial seperti ini. Segala sesuatunya dipersiapkan dengan profesional oleh pihak penyelenggara. Selayaknya sesi konferensi pers formal, kami pun duduk di tempat yang telah disediakan sesuai dengan plat nama masing-masing yang telah diletakkan di atas meja.
Selesai interview, kami pun melanjutkan perjalanan ke lokasi jamuan makan siang dengan KOCIS yang berlokasi di sebuah resto Korea otentik bermodel hanok. Hari itu kami makan siang bersama perwakilan KOCIS dan Chaey di sebuah ruangan privat dengan set menu makan siang berupa menu Korea otentik ala ‘Surasang’ (menu untuk raja). Seperti biasa, lagi dan lagi, tempat duduk kami sudah diatur terlebih dahulu. Kali ini, lagi dan lagi, saya dapat ‘rejeki’ duduk tepat di sebelah perwakilan KOCIS yang sempat membuat saya cukup was was, takut ‘mati gaya’ plus kepikiran harus super ‘jaim’ saat makan.
This was how our name signs look like |
Pada kenyataannya kekhawatiran saya tidaklah terjadi, kami semua sangat menikmati makan siang kami bahkan sempat bercanda ria saling 'mengejek' satu sama lain, salah satu candaan yang paling saya ingat adalah mungbean jelly challenge - beberapa di antara kami kesulitan mengambil mungbean jelly dengan sumpit (makanan Korea yang bentuknya seperti jely, terbuat dari kacang hijau dengan tekstur yang licin sama seperti jelly) wkwk, herannya MJ, penerjemah kami yang notabene adalah orang Korea pun tidak berhasil mengambilnya dengan elegan, yang akhirnya membuat kami mempertanyakan apakah dia benar orang Korea ? ^^ Dia pun akhirnya bilang kalau dia 'harus melepaskan kewarganegaraan-nya' hanya karena mungbean jelly.
A glance of our luncheon menu that day (Photo by: Park Jung-keun) |
Selesai makan siang, acara pun dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan perorangan. Ternyata inilah alasan kenapa kami semua diminta menggunakan pakaian formal untuk sesi makan siang ini. Masing-masing dari kami diminta berpose perorangan oleh fotografer profesional, Park Jung-keun yang telah mengikuti perjalanan kami sejak hari pertama.
Rute saya dan Fitri berikutnya adalah Huinnyeoul Culture Village, sementara peserta lainnya pergi ke Gamcheon Culture Village. Huinnyeoul Culture Village ini adalah sebuah desa budaya yang menawarkan pemandangan laut Busan dari daerah pemukiman yang berlokasi di atas tebing tinggi selain pemandangan lautan, desa budaya ini juga dipenuhi dengan lukisan mural yang menarik. Saking cantiknya, Huinnyeoul Culture Village sering disebut sebagai Santorini-nya Korea. Alasan kenapa kami memilih pergi ke Huinnyeoul Culture Village adalah karena desa budaya yang ini lebih anti mainstream dari Gamcheon. Saya sendiri memilihnya karena desa wisata ini agak susah untuk dicapai kalau pergi sendiri dan karena saya belum pernah ke sana. Ternyata pilihan kami tidaklah salah, Huinnyeol Culture Village ini memberikan kami sebuah efek ‘healing’ dengan pemandangan laut dan langit birunya serta atmosfernya yang menenangkan.
Selengkapnya tentang tempat wisata yang kami kunjungi di Busan dapat dibaca di sini.
a 'blue-blue' combination that healed my soul that day at Huinnyeoul Culture Village |
Kelar menikmati pemandangan matahari terbenam di Huinnyeoul Culture Village, kami pun bergegas menyusul yang lain ke Bupyong Kkatong Market - sebuah pasar tradisional yang berlokasi tidak jauh dari pasar Jagalchi dan BIFF Square. Namun akhirnya kami memutuskan untuk tidak pergi ke sana, sebagai gantinya kami pergi ke Lotte Department Store- Gwangbok branch untuk melihat rooftop park dan air mancur dalam ruangannya yang katanya terdaftar di Guiness Book sebagai indoor musical water fountain terbesar di dunia. Air mancurnya sih biasa saja buat kami, namun tidak untuk rooftop park-nya. Rooftop Park dept store ini menyuguhkan pemandangan pusat kota Busan dari atas yang dijamin akan memukau siapapun yang melihatnya. Dari rooftop ini, kita dapat melihat Busan Tower dan Busan Christmas Tree Festival dari atas tanpa harus merogoh kocek untuk biaya masuk.
Busan Christmas Tree Festival - a view from the rooftop park of Lotte Dept Store, Gwangbok branch |
Karena kami tidak jadi bergabung dengan teman-teman lainnya, untuk makan malam kami hari itu pun, kami tentukan sendiri. Kami memilih menu mie khas Busan, milmyeon sebagai menu makan malam kami hari itu. Milmyeon ini adalah mie dingin yang terbuat dari tepung terigu dengan toping telur rebus, mentimun, lobak dan daging sapi. Jadwal resmi kami hari ini berakhir di sini setelah sebelumnya menjelajahi Busan Christmas Tree Festival di sepanjang jalan Gwangbok dan BIFF Square.
Bukan saya namanya, kalau tidak ‘kelayapan’ setelah jadwal resmi berakhir. Hari ini, kami memutuskan untuk menjelajahi daerah sekitaran hotel di Haeundae. Malam itu kami berbelanja di Daiso dan Olive Young (wajib hukumnnya singgah ke sini tiap ke Korea ^^) dan mengunjungi instalasi festival lampu Haeundae di sepanjang rodeo street (jalan yang dipenuhi dengan toko-toko dan resto menarik , di Korea jalan seperti ini biasa disebut rodeo street).
Haeundae Lighting Festival 2019 |
Selengkapnya tentang Festival lampu Haeundae di sini.
Busan Tower view from the rooftop park of Lotte Dept Store, Gwangbok branch |
No comments:
Post a Comment