Tuesday, November 24, 2020

My Last Trip to Korea - before corona (Part 1)


(English translation is available)

KOCIS invitation trip Honorary reporters Korea net 2019
The participants of the 2019 Invitational Program of Honorary Reporters for ASEAN-ROK Commemorative Summit - Busan , with KOCIS representative, the trip organizer, interpreters and Chaey (photo by: Park Jung-keun)


Setahun yang lalu, di penghujung November, saya berada di Busan, Korea Selatan untuk suatu trip yang diadakan oleh Korean Culture and Information Service (KOCIS). Trip ini adalah bagian dari program undangan jurnalis asing yang diadakan oleh KOCIS setiap tahunnya. Dalam trip ini, saya bersama dengan 6 orang honorary reporters (HR) undangan lainnya mendapatkan suatu kehormatan untuk meliput KTT ASEAN-ROK dan mengeksplor kota Busan selama 6 hari 5 malam.

*Buat yang belum tau, KOCIS ini adalah sebuah agensi afiliasi dari  Kementerian Budaya, Olahraga dan Pariwisata (MCST) Korea yang menaungi 32 Korean Cultural Centers di 27 negara dan Korea.net

 

One year ago, today, Nov 24, I was in Busan, South Korea for an invitation trip that held by Korean Culture and Information Services (KOCIS). Every year, KOCIS will invite influential journalists from major countries around the world to support their visit and coverage of, Korea. This time, six honorary reporters (HR) of Korea.net got the honor to be invited to join this program. I was one of the lucky HRs that got an opportunity to cover the ASEAN-ROK Commemorative Summit and explore Busan in 6D5N.

*In case you don't know, KOCIS is an affiliated agency of the Ministry of Culture, Sports and Tourism (MCST) of the Republic of Korea.



Berbeda dengan trip undangan yang pernah saya ikuti sebelumnya (VIP invitation trip KTO 2015 dan KBS World Battle Trip in Daegu), trip ini dikelola dengan sangat profesional. Mulai dari proses pengumpulan data sampai pelaksanaannya semuanya dikelola ala business trip kantoran. Pokoknya udah berasa delegasi KTT mewakili Indonesia deh^^!  Seluruh peserta mendapatkan invitation letter dari KOCIS yang ditandatangani langsung oleh Direktur KOCIS, mengisi form rencana peliputan hingga surat ucapan terima kasih dari KOCIS yang dikirimkan beberapa hari setelah kami kembali dari trip. 

Sejujurnya saya dan Fitri tidak pernah menyangka kalau kami bakal mendapatkan undangan untuk mengikuti trip ini, mengingat kalau dilihat dari background peserta lainnya, mereka rata-rata adalah HR yang pekerjaan sehari-harinya memang jurnalis. Peserta dari Mesir adalah jurnalis media cetak di Mesir, dua peserta dari Bulgaria bekerja di TV lokal Bulgaria dan peserta dari Kazakhstan pun juga merupakan jurnalis media elektronik. Alhasil kami cukup kelabakan mengisi form rencana peliputan yang formatnya merupakan template yang sama yang biasa diisi oleh jurnalis profesional. Tapi berkat keinginan kuat untuk ‘menjadi saksi’ perhelatan akbar ‘KTT ASEAN-ROK’, kami pun berhasil membuat rencana peliputan terbaik versi kami dan berhasil kami pertanggungjawabkan pasca trip.

(Ingat! Dibalik setiap trip yang disponsori pasti ada ‘pe-er’ yang menanti anda hehe). 

Trip kami berlangsung dari tanggal 24 - 29 Nov 2019. Dibanding peserta lainnya, tim Indonesia adalah yang paling beruntung dari segi durasi trip karena kami tiba lebih awal dari beberapa peserta lain dan pulang paling akhir. Yeay! 

Unlike other invitation trip that I joined before (The 2015 KTO Invitation trip and KBS World 'Battle Trip in Daegu'), the way how this trip was organized was really impressed me. It was organized in a professional way, from the preparation stage to the trip itself. All participants got a formal invitation letter from the director of KOCIS, had to fill up a reporting plan, and later got a thank you letter from KOCIS after the trip. 
 
One thing in common that I found from the HRs who got invited was most of them are a professional journalist. Alexandra and Kristiyan, HRs from Bulgaria work in a TV station, Dana, HR from Kazakhstan works in an online media portal, while Khaled, HR from Egypt is a newspaper journalist. Only Pia from the Philippines, Fitri-fellow HR from Indonesia, and I that don't have a journalist background. Because of this reason, Fitri and I need to work 'extra hard' when filling up the reporting plan. 

This trip was held from Nov 24 to Nov 29, 2019. Fitri and I was the luckiest participant as we got to stay in Busan longer than others. Hooray! 



23 Nov 2019 - Departure from Jakarta

Berbeda dengan trip ‘bersponsor’ lainnya, kali ini kami terbang ke Busan dengan maskapai non-Korea di karenakan pihak penyelenggara menginginkan kami terbang langsung ke Busan. Walau pada kenyataannya kami tetap harus transit di Hongkong karena kami naik Cathay Pacific (CX) dari Jakarta dan menyambung dengan Cathay Dragon dari Hongkong ke Busan. Karena hal ini pula, kami berangkat 1 hari lebih awal, tanggal 23 Nov 2020 tengah malam. (Psst! rejeki anak sholeh, karena berangkat tanggal 23 kami bisa mengantar langsung EXO balik ke Korea setelah konser mereka di BSD- walau gak bisa sepesawat hahaha). 

Setelah nyaris setengah hari transit di HKIA, akhirnya kami pun tiba di Gimhae International Airport, Busan saat matahari nyaris tenggelam. Dari airport kami dijemput oleh translator kami, MJ, dan langsung berangkat ke hotel untuk check-in, drop luggage, trus langsung lanjut briefing & welcome dinner. Perjalanan dari airport ke hotel kami di Haeundae memakan waktu cukup lama dari biasanya karena katanya pada macet dimana-mana di Busan karena ada KTT. Karenanya, setibanya di hotel pun kami harus bergegas lanjut ke lokasi welcome dinner tanpa sempat berganti pakaian. 

EXO Jakarta airport nov 2019
Lucky me! I met EXO at Jakarta airport 


We departed to Korea on Nov 23 by Cathay Pacific via Hongkong. Though it was going to be a quite long layover in Hongkong on Nov 24, we were happy that day because we got to meet EXO at Jakarta's Soekarno-Hatta Airport. They were on their way back to Korea that night. 

We arrived in Busan just before the sunset and MJ, our English interpreter was the one who picked up us at Gimhae International Airport of Busan. From the airport, we went directly to our hotel at Haeundae Grand Hotel. Because the traffic was bad that day, it took us longer time to reach the hotel and as the consequences we went to the welcome dinner without changing our clothes that night. 

24 Nov 2019 -  Welcome Dinner & Briefing 

Restaurant tempat welcome dinner kami adalah resto yang menyajikan menu western yang suasananya ala resto fine dining - bayangkanlah resto tempat candle light dinner di K-drama cuma ukurannya lebih kecil karena ini lebih mirip cafe. 

Setibanya kami di resto, kami pun sudah disambut dengan tatanan meja ala acara makan malam resmi lengkap dengan tag nama bertuliskan nama lengkap, pekerjaan & asal negara kami di atas meja. Di kursi kami pun sudah ada goodie bags menanti yang dikemas dalam sebuah tas tenteng abu-abu yang khusus dipesan untuk kami lengkap dengan bordiran nama kami masing-masing dalam tulisan hangeul. (Two thumbs up for this!) . Tidak cukup hanya luarnya saja, di dalam tas sudah ada welcome package yang menunggu untuk kami unboxing.

Acara pun dibuka dengan perkenalan dari penyelenggara dan tiap peserta. Guess what?! I’m the lucky no 1 - yang notabene bikin saya kelabakan secara perkenalannya dalam bahasa Inggris dan ini terjadi dalam kondisi saya yang baru landing dari perjalanan udara + layover nyaris 18 jam x_x. Gilanya lagi, perkenalan ini juga langsung diterjemahkan ke bahasa Korea oleh penerjemah kami, MJ, yang duduk tepat di sebelah saya. Di trip ini ada 3 orang penerjemah yang menemani kami, 2 penerjemah bahasa Inggris dan 1 penerjemah bahasa Arab untuk HR dari Arab. Ketiganya merupakan penerjemah profesional, terutama si MJ. Kalau melihat cara dia menerjemahkan membuat saya de-javu moment di Yeonbingwan bulan Mei 2020 kemarin - saat seluruh omongan saya  diterjemahkan oleh penerjemah dari Blue House.

Me trying to pull my self together during my short introduction session (Yes, I was still in my super comfy 'airport fashion' that day-lol) - (photo by: Park Jung-keun)


Setelah semua peserta memperkenalkan diri, pihak penyelenggara pun mulai sesi briefing tentang jadwal perjalanan kami, yang juga diterjemahkan langsung dari Korea ke Inggris oleh MJ plus penjelasan tentang apa saja yang kami terima dalam welcome kit. Satu hal yang paling membuat saya kagum dari welcome kit ini adalah paket well-being yang ada di dalamnya, seperti masker mata, sheet mask Mediheal, obat-obatan dan vitamin. Baru kali ini saya ikutan trip yang isi welcome package-nya ‘penuh perhatian’ begini.

This was the best ‘official’ welcome dinner that I’ve ever attended in my life. Kudos to the Aju’s team! 

In the middle of briefing - welcome dinner (Photo by: Park Jung-keun)


Our welcome dinner was hosted at a cozy-western style restaurant near the hotel. When we arrived there, two long dinner tables had been waiting for us. The table was set-up in a formal way, with each participant name sign placed on the table. Each name sign contains information like name, country's flag and job title. On each dining chair there was a special designed bag with our hangeul name embroidered on it. Later on, the organizer told us that inside this bag we would find a special curated welcome kit that contains a very useful things for our wellbeing during our stay in Korea. There were a set of over-the-counter medicines, vitamins, mask sheets, eye masks, a 'mother of pearl' notebook, a name tag, a multi-color pen and merchandises from KOCIS. Again, this was the best welcome package that I've ever received in an event and it was the most thoughtful one. Kudos to the organizer! 

A special curated 'welcome kit' for all trip participants


The welcome dinner was opened by the team leader of the organizer. Before she started the briefing, she asked each of us to introduce ourselves, and I was the lucky number one. As someone who was just traveled more than 12 hours, to do an introduction in English (which is not my 1st language) was really hard but I thought I still managed to do it. As we have an interpreter that day, our words were interpreted on the spot by MJ. The way how MJ interpreted our introduction reminded me to the Blue House's interpreter that interpreted my presentation in Yeonbingwan, last May. It was the way how a pro-interpreter intrepreted in the formal event. 


25 Nov 2019 - ASEAN-ROK Commemorative Summit  

ASEAN ROK Commemorative Summit 2019 Busan
A group photo with fellow HRs at the press centre (Photo by: Jessica Wirastari)


Rute pertama hari kedua seluruh peserta adalah BEXCO, tempat diselenggarakannya KTT ASEAN-ROK. Di hari pertama ini, kami dibagi menjadi 2 tim, yaitu tim yang akan seharian di BEXCO dan tim yang akan mengunjungi Busan Air Cruise setelah makan siang. Saya dan Fitri ada di tim yang akan tinggal di BEXCO. 

Setibanya kami di BEXCO kami disambut oleh antrian panjang untuk memasuki gedung karena ada pemeriksaan barang bawaan.. Setelah memasuki gedung, kami pun langsung berpencar menuju ke event yang ingin kami liput. Rute saya dan Fitri hari ini adalah ASEAN-ROK Culture Innovation Summit, ASEAN-ROK Unicorn & Start-up Talk Concert, ASEAN-ROK Smart City Fair plus bertemu tim jurnalis Korea.net sekaligus lunch di media center. Selengkapnya tentang pengalaman saya di ASEAN-ROK Commemorative Summit dapat dibaca disini. 

Visitors lining up to enter BEXCO


Catatan menarik di KTT ASEAN-ROK ini adalah saya bertemu dengan Presiden Moon Jae-in di ASEAN-ROK Culture Innovation Summit dan dapat melihat beliau dari jarak kurang dari 2 meter karena saya duduk di tribun media yang lokasinya tepat di belakang kursi VVIP (the best seat ever! all thanks to Korea.net for the media access). Yang kedua saya juga bertemu dengan Cinta Laura Kiehl di tempat yang sama, yang saat itu merupakan wakil dari Indonesia untuk menyanyikan theme song KTT. Yang ketiga adalah suatu kesempatan langka yang mungkin tidak mungkin terulang kembali yaitu melihat langsung dibalik layar peliputan KTT di media center plus mencoba langsung menu makan siang yang disajikan untuk seluruh jurnalis yang meliput perhelatan akbar ini.

Jadwal hari pertama kami ditutup dengan makan malam full-team. Menu makan malam hari pertama kami adalah ikan mackarel bakar yang merupakan ikan representatif dari Busan. 

ASEAN ROK culture innovation summit 2019
I saw South Korean President up close at the ASEAN-ROK Culture Innovation Summit 2019


On Nov 25, 2019, our first destination was BEXCO, the convention centre where the 2019 ASEAN-ROK Commemorative Summit was held. When we arrived, there were already a long line of visitors waiting to pass the screening process to enter the building. 

Once we passed the screening point, we were divided into two groups. I joined the group who were scheduled to attend the ASEAN-ROK Culture Innovation Summit. Before that, I met Chaey, our energetic HR's coordinator to get my media pass 'a very powerful pass' that give us an access to the media tribune and press centre. 

Get it Beauty ASEAN ROK Commemorative summit 2019 Busan
Get It Beauty - on air - at the ASEAN-ROK K-Beauty Festival


Unlike others, Fitri and I spent our first day mostly at the BEXCO. We attended the ASEAN-ROK Culture Innovation Summit, ASEAN-ROK Unicorn & Start-up Talk Concert, and ASEAN-ROK Smart City Fair. Here we got to see South Korean President Moon Jae-in up close-just about 2 meters in front of us at the ASEAN-ROK Culture Innovation Summit (all thanks to the media access that let us sit at the media tribune that was located just behind the VVIP seat) and Indonesian singer, Cinta Laura Kiehl, who was one of the singers who sang the summit's theme song. That day, we had lunch at the press centre and here, we got to witness 'the behind-the-scene' on how was this summit being reported to all around the world.


Our second day's schedule was ended by a group dinner with Busan's representative fish dish, grilled mackerel as our main dinner's menu.

grilled mackerel Busan
Grilled mackerels for our dinner



26 Nov 2019 - Sesi interview TPO, city tour, luncheon with KOCIS

Di hari ketiga ini, saya bangun lebih awal untuk mengejar matahari terbit di pantai Haeundae yang letaknya tepat di depan hotel. Namun ternyata hari itu cukup berawan sehingga matahari terbitnya ketutupan awan :(. Untuk mengobati kekecewaan, saya pun akhirnya malah sesi foto dengan burung camar yang banyak nongkrong di pasir pantai Haeundae.

Haeundae Busan
a Seagull at Haeundae Beach 


Jadwal kami hari ini, diawali dengan sesi wawancara eksklusif dengan Sekretaris Jenderal Tourism Promotional Organization (TPO) for Asia Pacific Cities. TPO ini adalah organisasi yang mengemban misi untuk menjalin kerjasama promosi pariwisata antara kota-kota utama di Asia Pasifik, termasuk di dalamnya kerjasama ‘sister city’, seperti Surabaya dan Busan.

Memasuki kantor TPO, saya dan Fitri berasa seperti di Indonesia, karena kantor ini memajang banyak benda-benda seni dari Indonesia. Sekretaris Jenderal TPO, Mr Kim Soo-il pun fasih berbahasa Indonesia. Kami berdua sempat terpukau saat Mr Kim, mengijinkan kami mengajukan pertanyaan dalam bahasa Indonesia. 

Our special interview session at TPO with Secretary General Mr Kim Soo-il
(Photo by: Park Jung-keun)


Sejujurnya ini adalah kali pertamanya saya dihadapkan pada sesi interview spesial seperti ini. Segala sesuatunya dipersiapkan dengan profesional oleh pihak penyelenggara. Selayaknya sesi konferensi pers formal, kami pun duduk di tempat yang telah disediakan sesuai dengan plat nama masing-masing yang telah diletakkan di atas meja. 

Selesai interview, kami pun melanjutkan perjalanan ke lokasi jamuan makan siang dengan KOCIS yang berlokasi di sebuah resto Korea otentik bermodel hanok. Hari itu kami makan siang bersama perwakilan KOCIS dan Chaey di sebuah ruangan privat dengan set menu makan siang berupa menu Korea otentik ala ‘Surasang’ (menu untuk raja). Seperti biasa, lagi dan lagi, tempat duduk kami sudah diatur terlebih dahulu. Kali ini, lagi dan lagi, saya dapat ‘rejeki’ duduk tepat di sebelah perwakilan KOCIS yang sempat membuat saya cukup was was, takut ‘mati gaya’ plus kepikiran harus super ‘jaim’ saat makan.  

This was how our name signs look like

Pada kenyataannya kekhawatiran saya tidaklah terjadi, kami semua sangat menikmati makan siang kami bahkan sempat bercanda ria saling 'mengejek' satu sama lain, salah satu candaan yang paling saya ingat adalah mungbean jelly challenge - beberapa di antara kami kesulitan mengambil mungbean jelly dengan sumpit (makanan Korea yang bentuknya seperti jely, terbuat dari kacang hijau dengan tekstur yang licin sama seperti jelly) wkwk, herannya MJ, penerjemah kami yang notabene adalah orang Korea pun tidak berhasil mengambilnya dengan elegan, yang akhirnya membuat kami mempertanyakan apakah dia benar orang Korea ? ^^ Dia pun akhirnya bilang kalau dia 'harus melepaskan kewarganegaraan-nya' hanya karena mungbean jelly. 

A glance of our luncheon menu that day (Photo by: Park Jung-keun)


Selesai makan siang, acara pun dilanjutkan dengan sesi foto bersama dan perorangan. Ternyata inilah alasan kenapa kami semua diminta menggunakan pakaian formal untuk sesi makan siang ini. Masing-masing dari kami diminta berpose perorangan oleh fotografer profesional, Park Jung-keun yang telah mengikuti perjalanan kami sejak hari pertama. 

Rute saya dan Fitri berikutnya adalah Huinnyeoul Culture Village, sementara peserta lainnya pergi ke Gamcheon Culture Village. Huinnyeoul Culture Village ini adalah sebuah desa budaya yang menawarkan pemandangan laut Busan dari daerah pemukiman yang berlokasi di atas tebing tinggi selain pemandangan lautan, desa budaya ini juga dipenuhi dengan lukisan mural yang menarik. Saking cantiknya, Huinnyeoul Culture Village sering disebut sebagai Santorini-nya Korea. Alasan kenapa kami memilih pergi ke Huinnyeoul Culture Village adalah karena desa budaya yang ini lebih anti mainstream dari Gamcheon. Saya sendiri memilihnya karena desa wisata ini agak susah untuk dicapai kalau pergi sendiri dan karena saya belum pernah ke sana. Ternyata pilihan kami tidaklah salah, Huinnyeol Culture Village ini memberikan kami sebuah efek ‘healing’ dengan pemandangan laut dan langit birunya serta atmosfernya yang menenangkan. 

Selengkapnya tentang tempat wisata yang kami kunjungi di Busan dapat dibaca di sini.

Huinnyeoul Culture Village
a 'blue-blue' combination that healed my soul that day at Huinnyeoul Culture Village


Kelar menikmati pemandangan matahari terbenam di Huinnyeoul Culture Village, kami pun bergegas menyusul yang lain ke Bupyong Kkatong Market - sebuah pasar tradisional yang berlokasi tidak jauh dari pasar Jagalchi dan BIFF Square. Namun akhirnya kami memutuskan untuk tidak pergi ke sana, sebagai gantinya kami pergi ke Lotte Department Store- Gwangbok branch untuk melihat rooftop park dan air mancur dalam ruangannya yang katanya terdaftar di Guiness Book sebagai indoor musical water fountain terbesar di dunia. Air mancurnya sih biasa saja buat kami, namun tidak untuk rooftop park-nya. Rooftop Park dept store ini menyuguhkan pemandangan pusat kota Busan dari atas yang dijamin akan memukau siapapun yang melihatnya. Dari rooftop ini, kita dapat melihat Busan Tower dan Busan Christmas Tree Festival dari atas tanpa harus merogoh kocek untuk biaya masuk. 

Busan Christmas Tree Festival - a view from the rooftop park of Lotte Dept Store, Gwangbok branch


Karena kami tidak jadi bergabung dengan teman-teman lainnya, untuk makan malam kami hari itu pun, kami tentukan sendiri. Kami memilih menu mie khas Busan, milmyeon sebagai menu makan malam kami hari itu. Milmyeon ini adalah mie dingin yang terbuat dari tepung terigu dengan toping telur rebus, mentimun, lobak dan daging sapi. Jadwal resmi kami hari ini berakhir di sini setelah sebelumnya menjelajahi Busan Christmas Tree Festival di sepanjang jalan Gwangbok dan BIFF Square. 

Bukan saya namanya, kalau tidak ‘kelayapan’ setelah jadwal resmi berakhir. Hari ini, kami memutuskan untuk menjelajahi daerah sekitaran hotel di Haeundae. Malam itu kami berbelanja di Daiso dan Olive Young (wajib hukumnnya singgah ke sini tiap ke Korea ^^) dan mengunjungi instalasi festival lampu Haeundae di sepanjang rodeo street (jalan yang dipenuhi dengan toko-toko dan resto menarik , di Korea jalan seperti ini biasa disebut rodeo street).

Haeundae Lighting Festival 2019
Haeundae Lighting Festival 2019 


Selengkapnya tentang Festival lampu Haeundae di sini. 

I woke up earlier today with a mission to catch the sunrise. However, that day I wasn't lucky enough. I couldn't see a perfect sunrise because it was cloudy that day. I ended up playing with the seagulls that were easy to find at Haeundae beach.

Our schedule today was an interview session with Mr Kim Soo-il, the secretary general of Tourism Promotional Organization (TPO) for Asia Pacific Cities. TPO is an organization with a main mission to promote the exchanges and development of tourism industry among major cities in the Asia Pacific region. This organization was the one behind the sister city's project between cities in the Asia Pacific, like Surabaya and Busan. One thing that surprised me that day was when Mr Kim asked Fitri and I to interview him in Indonesian language. We've never thought he is really fluent in Indonesian language. No wonder his office made us felt like home with many Indonesian's traditional merchandises being displayed all around the office space.

Our next schedule that day was a luncheon with KOCIS representatives. The luncheon was held at a traditional hanok-style Korean restaurant. The lunch menu was also consists of Korean traditional dishes that was usually served in 'surasang' (Royal dining table during the Joseon dynasty era). It was as lavish as the luncheon session that I had last May at Soekparang, Seoul. Again, this time, we needed to sit at the designated seats that were assigned for each of us. Every seat has a name sign in front of it. When I knew that I sat next to the KOCIS representative, I was worried at first. In fact, it was a very fun luncheon. We all could have a lunch and fun chit-chat together. One of the topic that I could recall was the 'mungbean jelly's challenge' . So, we challenged each other to grab the mungbean jelly using Korean style flat chopstick. In fact, all HRs failed to do it elegantly, only Chaey could do it in one go. This made her proud to say "C'mon I'm Korean!" However, we were not alone, MJ, our intrepreter also couldn't do it - Lol.

This was the hanok style restaurant where we had our luncheon with KOCIS
(Photo by: Park Jung-keun)


The luncheon was closed with a group photo session and a surprise personal photo session. Now , we knew why we were told to wear a formal attire that day. It was not only for the luncheon but also for the personal photo session. Each of us got a photo session with our professional photographer, Park Jung-keun that following us from the 1st day we arrived in Busan.

After the luncheon, we divided into 2 teams again. This time, Fitri and I were went to Huinnyeoul Culture Village with Hyein from the organizer. she was the one who communicated with us during the preparation of the trip. We chose to visit Huinnyeoul Culture Village instead of Gamcheon Culture Village because Gamcheon was too mainstream for us. Huinnyeoul Culture Village is a culture village located at a cliff that offers a stunning view of Busan's seacoast and walls decorated with mural paintings. Unlike Gamcheon, Huinnyeoul Culture Village is quiter and less touristy. This ambience makes it a perfect destination for a healiing walking tour in Busan.

*details about the tourism sites that we visited in Busan, can be read here.

From Huinnyeol Culture Village, we continued our trip to Gwangbok street. At first, we supposed to meet other team at the Bupyeong Kkatong Market- a traditional market located near the Jagalchi Fish market and BIFF Square, but at the end we decided to visit Lotte Dept Store, Gwangbok branch instead to see its award's winning indoor water fountain and rooftop park. The water fountain was not really interesting but the rooftop was really a great place to visit. From the rooftop, we could see Busan's city center from a bird's eye view for free. Here, we could see the Busan Tower and Busan Christmas Tree Festival.

Rooftop park Lotte Department store Busan
Busan Tower view from the rooftop park of Lotte Dept Store, Gwangbok branch


Our dinner that night was at a random 'milmyeon' restaurant in a quite alley near the BIFF square.I was the one who requested to eat milmyeon - a Busan representative wheat cold noodle dish with a boiled egg, beef, cucumber and radish as the toppings.

After arriving at the hotel, I didn't go to my room. Instead, I went to explore Haeundae area that night with Fitri and Dana. We went shopping to Daiso and Olive Young - a must-go places in Korea. We also had a photo session at the Haeundae Lighting Festival installation in the middle of the rodeo street. Check my article about the lighting festival here.





Read the Part 2

No comments:

Post a Comment