Tuesday, November 27, 2012

the Heart of Asia - Day 3 - Lost in Information

'Lost in information' itulah kalimat yang tepat untuk mengungkapkan pengalaman saya di hari ketiga saya di Taipei. Kalau di Holywood sana ada film yang judulnya 'Lost in Translation', kalau boleh saya mau memproklamirkan versi lainnya yang hampir serupa ^^

Cuaca di hari ketiga ini cukup panas, berbeda dengan hari pertama yang dingin karena angin yang bertiup lebih kencang. Bahkan di Yehliu matahari sangat terik layaknya pesisir pantai pada umumnya, saya sampai senewen sendiri karena harus terus menerus menenteng jaket sepanjang perjalanan, tau begitu sejak awal tidak perlu bawa jaket. 

Taipei West Bus Station.

Hari ketiga ini, saya akan mengeksplor ke sisi luar Taipei, tepatnya saya akan mengunjungi Yehliu Geopark yang dapat ditempuh dalam waktu 1,5 jam dari Taipei dengan express bus. 
Demi mendapatkan waktu yang cukup banyak untuk mengeksplor Yehliu yang informasinya memerlukan waktu sekitar 2 jam, pukul 8 pagi saya sudah berangkat menuju ke Taipei bus station yang letaknya di sebelah Taipei Main Station. Dengan mengikuti petunjuk yang ada dari pintu masuk Y9, dalam waktu hampir 30 menit saya berhasil menemukan Taipei Bus Station. Kenapa 30 menit ? Karena lokasi Taipei main station itu sangat luas dan petunjuk arah ke Taipei Bus Station tidak selalu ada di setiap papan petunjuk, jadinya seringkali saya salah jalan dan harus memutar balik. Ditambah lagi dengan eskalator yang belum beroperasi sehingga berkali-kali saya harus naik turun tangga (saking banyaknya saya tidak hitung lagi berapa kali saya naik tangga maupun eskalator - dalam kondisi off). Setelah menemukan Taipei Bus Station, saya langsung menuju ke loket bus Kuo Kuang, dan ketika menanyakan rute Yehliu, petugas loket memberitahu kalau untuk rute Yehliu bukan di situ. Kami harus pergi ke west station. Lebih lengkapnya seperti ini:


saya      : "I want to go to Yehliu"
petugas : "Not in here. You go here !" (sambil nunjuk peta di depannya, yang super duper gak jelas, karena cuma peta letak ala peta kavling tanah - di peta cuma ada nama-nama stasiun yang ada di Taipei Main station). "You here, and you must go here" (sambil menunjuk ke west station). 
saya      : "how can I go there from there ?"
petugas : "go straight and cross the bridge".

Ok dah, sesuai petunjuk saya keluar dan menaiki jembatan penyebrangan. Setelah sampai di jembatan penyebrangan baru deh saya dan teman saya nyadar, ehh buset dah, jembatannya cabang 3 gitu, nah lho...kemana nih. Akhirnya kita sepakat jalan lurus yang berarti kembali ke jalur kita semula. Masuk kembali ke lokasi kita keluar semula, dan sepanjang jalan kita terus mencari petunjuk west station dan hasilnya nihil. Kita pun memutuskan kembali ke Taipei bus station untuk mencoba menanyakan ke visitor information center yang ada di seberang loket tiket bus. Dengan melewati jalur yang sama seperti tadi, naik jembatan dan turun kembali di Taipei bus station, kami langsung menuju information center. Kali ini yang bertanya teman saya (kita coba dengan speaker yang berbeda, mungkin yang tadi dia gak ngerti lafal saya atau saya yang gak ngerti dia ngomong apa).  Petugas di sana pun memberikan petunjuk yang hampir sama, ada sedikit perbedaan : "You go outside and then cross the bridge and turn left". ada tambahan 1 petunjuk belok kiri. Nah, berbekal petunjuk baru kita pun mencoba lagi. Kali ini mengambil rute kiri di jembatan dan hasilnya nihil lagi. Lokasinya gak ada tanda-tanda ada stasiun. Alhasil, tambah sumpek dah kita plus lemes. Kita pun kembali lagi ke Taipei Bus Station dan bertanya ke polisi yang ada kebetulan ada di depan. Penjelasannya kali ini berbeda lagi: "West bus station is in terminal A. You accross this bridge and turn left and you will find terminal A". Nah lho, berhubung sudah capek naik turun jembatan penyebrangan yang tangganya cukup jahanam itu. Kita memutuskan kembali masuk ke Taipei bus station mencari peta lokasi Taipei Main Station yang luar biasa luas itu untuk mencari petunjuk dimana letak terminal A, kali aja dapat pencerahan. Hasilnya, berbekal 3 informasi yang terpisah-pisah, ibarat menyusun potongan puzzle itu, kita berhasil menemukan letak west bus station di peta lokasi. Informasi terakhirlah yang paling menentukan, karena di peta tulisannya Kuo Kuang highway bus east terminal A. Supaya gak nyasar lagi saya sampai foto peta itu. Kali ini kami mencoba mencari terminal A itu lewat jalur bawah tanah, alasannya karena di jalur bawah tanah yang juga merupakan jalur menuju MRT station, petunjuk arahnya lebih jelas. 

Foto Peta 'Dora' - west bus station ada di sebelah kanan Chongning N Rd sec 1
Berbekal foto peta, saya mulai mencari lokasi terdekat dengan terminal A yang kemungkinan besar ada di petunjuk arah di jalur bawah tanah, yaitu Taipei New World Mall atau Station Front Metro Mall atau exit M5. Di peta letak terminal A memang ada di seberang Taipei Bus station, jadi sebenarnya penjelasan yang diberikan tidak salah, hanya saja super gak jelas, apalagi yang di loket karena terkesan peta ala kadar, keliatannya dekat banget padahal masih jauh lho. Satu per satu petunjuk pintu exit kami lewati untuk menemukan exit M5 dan berikutnya mencari Taipei New World Mall. Akhirnya ketika berada di lokasi Taipei New World Mall, kami menemukan petunjuk Taipei west bus station. Thanks God, finally we found it. Kami baru berhasil tiba di terminal A Taipei west bus station pada pukul 10. Jadi total nyasar kita 2 jam, padahal di itinerary kami sudah mengalokasikan waktu sejam untuk mencari lokasi, rencana awal kami akan naik bus Kuokuang yang berangkat pukul 9. Siapa sangka nyasarnya bisa sampai 2 jam. Terminal A Taipei west bus station ini arealnya lebih kecil dibanding Taipei Bus Station, tapi sangat bersih dan rapi sama halnya dengan terminal bus lainnya di Taipei. Sampai di sana, saya langsung menuju loket bus Kuokuang dan menyebutkan rute yang dituju Yehliu, kali ini saya pakai bahasa mandarin saja, ketimbang salah lagi, mumpung saya cukup yakin dengan ketepatan nada dalam pelafalan kata Yehliu, dan hasilnya cihuyyy..sukses jaya. Dua tiket untuk keberangkatan 5 menit lagi sudah ditangan. Tak lupa saya juga menanyakan bagaimana cara membeli tiket untuk sekembalinya saya dari Yehliu ke Taipei. Saya yakin kalau saya dapat menaiki bus dengan no yang sama (1815), petugas pun memberi tahu saya dalam bahasa mandarin, padahal kali ini yang tanya teman saya dengan menggunakan bahasa inggris lho. Sepertinya petugas ini memang bahasa inggrisnya tidak begitu lancar, dia menjawab dengan bahasa mandarin karena sepertinya dia ingat kalau tadi saya beli tiket dengan menggunakan bahasa mandarin. Nah di sini ada kejadian lucu lagi, si petugas menjawab dengan bahasa mandarin yang saya dan teman saya menangkap dengan lafal yang sama ' Sesama' wkwkkwk..seumur-umur belum pernah dengar bahasa mandarin yang pengucapannya sesama. Karena saat itu si petugas ada customer lain, kami pun tidak memaksa lagi untuk meminta penjelasan apa arti di balik kata ' Sesama' itu.  Belakangan ketika akan naik bus saya baru sadar kalau 'sesama' itu ternyata pelafalan yang benar adalah ' Che Shang Mai' wkwkkw jauh bener kan (pelafalan saya bukan pakai sistem pinyin, jadi mohon maaf kalau ada kesalahan pengejaan pinyin, tapi bunyinya kurang lebih begitulah..heheheh) yang kalau diartikan ke bahasa indonesia menjadi beli di atas mobil (bisa bayar langsung di atas bus). Ya ampun dah, kata semudah itu kenapa dua orang dengernya beda banget ya. Memang bahasa mandarin itu luar biasa susahnya untuk dipelajari, selain memiliki karakter yang banyak dan hampir mirip, pengucapannya juga banyak yang sama hanya berbeda dalam hal penekanan. nada, jadi beda nada beda arti deh, padahal pengucapan sama. Untuk kali ini, kesalahan terletak pada telinga kami yang tidak terbiasa mendengar bahasa mandarin yang sangat kental - tapi hebatnya nangkapnya sama ^^. Sampai atas bus, kita lebih lega lagi karena ternyata Easy card bisa juga digunakan untuk membayar ekspress bus (saya beneran lupa kalau ada tertulis di buku mbak CK), kalau tau sejak awal kan gak usah susah-susah mencari arti si sesama.

Bus Kuo Kuang jurusan Yehliu ini ternyata juga berhenti di berbagai pemberhentian, jadi kita harus perhatian dengan board di bus atau pengumuman tentang pemberhentian yang ada dalam 4 bahasa: Mandarin, Hokkian, Kanton, Inggris. Kalau takut kelewatan disarankan untuk minta tolong driver untuk menginfokan kita kalau sudah sampai di Yehliu (tentunya dengan bahasa mandarin ya, selama di Taiwan saya belum pernah ketemu driver yang bisa bahasa Inggris, jadi bagi yang tidak berbahasa mandarin, coba saja deh ngomong ke driver dengan bhs inggris, kalau gak berhasil coba pakai bahasa isyarat dan tunjukkan gambar Yehliu/tulisan Yehliu dalam aksara Cina ke driver). 

Yehliu Geopark (http://www.ylgeopark.org.tw/)

Queen's head rock yg tersohor
Tempat pemberhentian di Yehliu cukup tricky, sama seperti yang dijelaskan oleh Mbak CK, tidak ada petunjuk Yehliu sama sekali, Mungkin saja ada tapi kita yang buta aksara Cina ini tidak bisa membacanya. Untuk mencapai ke lokasi Yehliu Geopark, kita harus melewati jalanan kecil yang sepanjang jalannya dipenuhi dengan depot-depot yang menjual seafood, jadi aromanya sudah pasti aroma ikan :D. Yehliu Geopark sendiri adalah sebuah geopark berupa batu-batu karang besar yang terletak di tepi pantai yang berbentuk menyerupai berbagai bentuk unik, seperti kepala ratu, jamur, lilin, burung, dll. Erosi air lautlah yang menyebabkan batu karang ini berbentuk unik. Jagoan utama dari Yehliu Geopark adalah Queen's head rock.  Sesuai namanya batu karang ini berbentuk menyerupai kepala ratu. Sebelumnya ketika membaca brosur, buku tentang Yehliu ini saya cukup punya ekspektasi tinggi terhadap batu kepala ratu ini, tapi setelah melihat langsung, jujur saya cukup kecewa. Dengan berbagai rintangan yang saya lewati dari pagi untuk menuju kemari ternyata batu terkenal tersebut ukurannya kecil tidak sebesar bayangan saya dan bentuknya ya memang kalau dilihat mirip kepala ratu, tapi benar-benar di bawah ekspektasi saya. Saking terkenalnya batu ini sampai untuk foto di depannya saja perlu mengantri panjang. Menurut saya, negara kita jauh memiliki fenomena alam yang lebih indah, coba saja objek wisata alam kita lebih mudah dijangkau dengan sarana transportasi yang lebih memadai, pasti tidak kalah dengan Yehliu Geopark ini. Jadi, untuk Yehliu saya hanya akan komentar kalau tempat ini nice to see. Buktinya saya dan teman saya malah lebih tertarik berfoto dengan background pantai ketimbang batu-batu karang tersebut ^^.

Siswa SMA yg kita bantuin ngerjain tugas
Di Yehliu Geopark ini saya sempat bertemu dengan sekelompok siswa SMA setempat yang sedang dapat tugas untuk menerangkan tentang cerita/ legenda di balik setiap batu yang ada di Yehliu. Para siswa ini kebetulan bertanya kepada saya apakah mau membantu mereka dengan mendengarkan penjelasan mereka. Berhubung saya mengerti bahasa mandarin dan ketimbang tidak ada yang saya kerjakan di sana, ya saya bantu saja mereka. Mereka menjelaskan kepada saya tentang ' Qing Ren dong' bahasa inggrisnya lover cave - legenda dibaliknya ada sepasang kekasih yang berencana untuk bunuh diri karena hubungan mereka dilarang oleh orang tua mereka, keduanya tertidur di dalam gua dan mereka bermimpi tentang hal yang sama, yaitu sama-sama bermimpi tentang seekor burung yang membangkitkan semangat hidup mereka (sejauh ini yang berhasil saya tangkap adalah itu^^). Mengetahui mereka bermimpi yang sama, keduanya pun membatalk`n niat bunuh diri dan kembali ke rumah masing-masing untuk melanjutkan hidupnya. Setelah memberikan penjelasan tentang salah satu batu, para siswa ini pun meminta saya untuk mengisi suatu form yang tulisannya aksara mandarin semua. Jujur saja, saya kagok, saya bilang ke mereka, saya mengerti bahasa mandarin, saya bisa ngomong sedikit tapi saya tidak bisa baca apalagi tulis, fiuhh...alhasil anak-anak itulah membacakan satu per satu memberitahu kriteria penilaian dan akhirnya saya beri aja mereka nilai paling tinggi 30 point untuk masing-masing kriteria penilaian..wkwkwk beramal dikitlah dengan harapan perjalanan saya berikutnya bisa lancar *usaha benar ini* ternyata mereka senang banget lho., sampai mengajak foto bareng dan bertanya saya dan teman saya asalnya darimana, begitu tau dari Indonesia (saya harus sebutkan Jakarta dalam bahasa mandarin dulu baru mereka mengerti -sepertinya spelling saya untuk Indonesia dalam bahasa mandarin kurang tepat nadanya jadi mereka gak ngerti), mereka malah penasaran kok saya bisa bahasa mandarin. Fiuh..hebatnya lagi mereka malah mengira Indonesia itu bahasa resminya bahasa Inggris..eaaaaa....


Martyr's Shrine

Saya hanya memutari Yehliu Geopark selama 1 jam, itu saja termasuk pp dari perhentian bus ke kawasan Yehliu geopark. Selanjutnya saya langsung menaiki bus Kuokuang no. 1815 kembali menuju Taipei bus station. Tadinya setelah dari Yehliu, saya berencana untuk makan siang di Ai Jia beef noodle - beef noodle halal yang ada di dekat MRT Zhongxiao Dunhua - sesuai buku mbak CK. Sayangnya saya memang belum berjodoh dengan beef noodle ini, karena dua kali saya ke sana selalu saja tutup (saya ke sana lagi di hari terakhir setelah dari Taipei zoo), sepertinya yang punya (seorang muslim) sedang merayakan tahun baru hijriah, jadi libur. Gak dapat Ai Jia beef noodle, saya pun memilih mengganjal perut dengan roti dan melanjutkan perjalanan ke Martyr's Shrine. Sejak awal saya sudah tau kalau akan susah untuk menuju Martyr Shrine ini karena tidak terletak dekat dengan exit MRT station, jadi masih perlu menyambung dengan bus. Kalau sudah berhubungan dengan bus ini selalu bikin malas karena berarti sudah pasti drivernya tidak mengerti bahasa Inggris dan saya tau persis kalau Martyr's shrine ini dalam bahasa mandarin ada sebutannya sendiri. Jadi percuma bertanya ke driver/orang setempat dengan menyebutkan Martyr's Shrine. Yang bikin senewen lagi di sini, di brosur manapun yang saya ambil tidak ada yang menampilkan gambar Martyr's Shrine, jadi mau tidak mau saya harus berusaha untuk minta tolong ke petugas information center di MRT Dazhi (MRT station terdekat untuk mencapai Martyr's Shrine).  Untunglah petugasnya lancar berbahasa Inggris dan mengerti Martyr's Shrine. Saya sih ngetesnya dengan bertanya no bus yang harus dinaiki untuk mencapai sana (benernya saya sudah tau sih no busnya, hanya mau memastikan terlebih dahulu petugas ini mengerti bhs inggris atau tidak sebelum saya minta tolong lebih lanjut), dan horeee dia ngerti, jadi deh saya minta tolong petugasnya untuk menuliskan Martyr's Shrine dalam aksara Cina. Berbekal sebuah post it bertuliskan no bus dan nama tempat dalam aksara Cina, saya naik bus dan memberitahu driver kalau saya ingin menuju ke tempat yang tertulis di post it. Mungkin si driver membatin kalau ada yang aneh dengan orang ini, mampu berbahasa mandarin tapi kenapa tidak menyebutkan langsung nama tempat yang dituju malah menunjukkan nama tempat di sebuah post it. hihiiiii....habis mau gimana lagi, maklum lah Pak, saya buta huruf dan untuk Martyr's shrine, I have no idea what it called in Chinese ^0^, ketimbang salah pengucapan malah berabe ntar mending pake cara itu dah. Exit di MRT Dazhi ini kondisi jalan rayanya lebih sepi dari exit MRT lainnya, mungkin karena ini adalah daerah sekolah daerah markas militer. Saya saja sampai harus bertanya ke polisi di pinggir jalan untuk mencari bus stop dan di sini saya mendapatkan vocab Inggris baru lagi, yaitu halte = bus station. Kita tanya bus stop dia gak ngerti, dia malah jelasin kalau bus station-nya ada di sana. Eaaaa... halte kan bus stop bukan bus station.

Bangunan utama - Martyr's Shrine, serupa dgn Hall of Supreme Harmony, Forbidden City

Martyr's Shrine adalah sebuah bangunan memorial yang dibangun untuk mengenang jasa para perwira yang gugur dalam peperangan, diantaranya dengan Jepang ,Civil war, dll. Bangunan utamanya sendiri adalah tiruan dari Hall of Supreme Harmony di Forbidden city, Beijing. Pada waktu saya ke sana gerbang utamanya sedang di pugar dan saya juga tidak bisa melihat ke dalam bangunan utama karena pada saat itu sudah waktunya untuk upacara pergantian pengawal jadi pengunjung diminta untuk berkumpul di halaman utama. Pengunjung Martyr's shrine ini agak berbeda dengan pengunjung tempat wisata lain di Taipei karena semuanya adalah kelompok tur yang isinya orang Jepang, cuma saya dan teman saya doang yang bukan orang Jepang dan pergi tanpa tur. Terjawablah kenapa sangat jarang ada foto Martyr's Shrine di brosur-brosur. Saya sendiri tertarik pergi ke sana karena pertama bangunannya yang mencontoh Hall of Supreme Harmony (saya selalu ingin ke Forbidden city, jadi hitung-hitung ini sebagai pendahuluan deh...) dan kedua karena ini adalah sekian dari beberapa objek wisata yang free tiket masuknya. Kunjungan saya kali ini sepertinya sangat berjodoh dengan upacara pergantian pengawal karena dua kali saya ke tempat yang ada upacara pergantian pengawalnya, dua kali pula saya bisa menyaksikan upacaranya. Tidak jauh berbeda dengan yang di Sun Yat Sen Memorial Hall, upacara penggantian pengawal di sini juga bisa dibilang cukup berlebihan, hampir seperti tarian menurut saya, tapi ya begitulah aturan di sana. Baris berbaris mereka memang berbeda dengan baris berbaris kita, di sana gerakannya lebih luwes dan lebih seperti menari, jadi kaku tapi lebih artistik (cieee..sok berjiwa seni ini pendapatnya).


Shilin Night Market.

Orang bilang belum ke Taiwan kalau belum mengunjungi night market apalagi night market yang paling terkenal ini, Shilin Night Market. Saya sendiri sudah menduga sejak awal kalau night market ini pasti tidak sewah yang digambarkan oleh orang,orang, karena belajar dari dua hari ini hasil penggambaran selalu berbeda dengan aslinya. Hasilnya ?! Memang tidak jauh berbeda dengan dugaan. Untuk makanan memang ok punya, tapi saya tidak tertarik untuk mencobanya karena kondisi yang sangat crowded dan kebetulan saya tidak suka dengan tempat tertutup yang dipenuhi asap makanan yang membuat kita begitu keluar dari sana jadi beraroma parfum bau masakan. Ditambah lagi dengan rute ke sananya yang ternyata tidak semudah yang diduga. Kita pikir Shilin Night Market akan kelihatan jelas dari MRT Station, tapi ternyata tidak dan petunjuk di sana juga tidak cukup jelas. Saya dan teman saya sampai harus menelusuri Shilin Commercial Market bolak balik untuk mencari pintu masuk yang bertuliskan Shilin Night Market. Yang ujung-ujungnya baru bisa ditemukan setelah bertanya ke petugas di 7-eleven dan lagi-lagi dengan menunjukkan gambar di buku mbak CK, karena saya tidak yakin dengan pelafalan saya untuk kata 'Yue Se' yang artinya night market, mengingat daerah itu seluruhnya memakai embel-embel Shilin. Sama sekali tidak ada petunjuk dimana letak Shilin Night Market di dalam jalan kecil crowded yang dipenuhi toko di kanan kiri jalan itu. Sepanjang jalan banyak toko yang menjajakan makanan, pakaian, pernak pernik. Sampai-sampai teman saya mengira itulah Shilin Night Market tapi saya penasaran kok tidak ada gerbang yang seperti di foto. Jadi deh akhirnya saya bertanya ke petugas 7-eleven, dan benar saja Shilin night market yang kita cari itu ada di gang kecil. Catat ya: di gang kecil di dalam jalan kecil, jadi tidak mungkin terlihat dari jalan raya. Boro-boro dari jalan raya, dari jalan kecil itu saja tidak kelihatan. Kuncinya kalau mau mencari Shilin Night market temukan terlebih dahulu kelenteng yang ada di jalan kecil itu, kelentengnya nyempil di antara toko-toko itu, cukup besar sih kelentengnya. Nah di dekat situ ada gang kecil di atasnya ada spanduk bertuliskan aksara Cina, masuk dikit udah kelihatan deh gerbang bertuliskan Shilin Night Market (gerbangnya gak tinggi lho ya, seperti plat nama toko gitu gedean dikit). Shilin Night Market ini mirip dengan central market di KL tapi kondisinya jauh lebih crowded. Lantai 1 tempat menjual pakaian dan aneka pernak pernik. Food court di lantai basement. Nah, foodcourt inilah yang tersohor itu, tempat dimana kuliner-kuliner enak berkumpul, tapi crowded banget dan sempit. Sepanjang jalan banyak yang menawarkan menu ke kita. Sekilas mirip food court mangdu, tapi ini lebih crowded lebih sempit, lebih beraneka ragam makanannya, dan lebih berasap. Sejauh yang saya kelilingi, makanan yang paling banyak ditawarkan adalah steak sapi dan berbagai sosis home made. Di jalan kecil tadi ada 1 toko yang menjual berbagai pernak pernik seperti toserba gitu. Dari depan tampaknya toko kecil, tapi kalau kita masuk ke dalam, di dalamnya ada tangga menuju basement dan ternyata tokonya cukup besar. Saya beli oleh-oleh gantungan hp giok di sini dengan harga sekitar NTD 10 -20. Buat yang mau beli tea set di sini juga ada, begitu juga dengan hiasan boneka berpakaian khas China, seperti boneka Chinese opera dan berbusana ala jaman dinasti Ching (Putri Huan Zhu) - saya nyesal banget gak beli boneka ini, mengingat belum tentu dalam waktu dekat saya dapat mengunjungi RRC. Harga boneka ini berkisar antara NTD 400 - 500 lengkap dengan kotaknya. Waktu itu saya tidak membeli karena membandingkan harganya dengan sepasang boneka pengantin berpakaian hanbok di Namdaeumun market y`ng harganya sekali lipat lebih murah dari itu. 

Ada yang bisa menemukan tulisan Shilin Night Market di foto ini ?!
Perjalanan saya di hari kedua berakhir di Shilin Night Market. Berikutnya saya kembali ke hostel setelah sebelumnya makan malam di Mc Donald di areal Taipei Main Station. Lagi-lagi dan lagi belum cukup di sesatkan tadi pagi, kali ini untuk memesan McD kita sukses jaya tidak connect dengan yang jual. Petugas di McD ini hanya mengerti sedikit bhs Inggris sehingga salah mengartikan pesanan kami yang seharusnya 2 set dengan minum dan tanpa minum menjadi 1 set plus extra chicken. alamak... salah lagi...salah lagi..grgrgr....




Hari ketiga ini beneran bertema 'Lost in Information' dah, saya sebut begitu karena saya tidak bermasalah dengan bahasa. Yang menjadi masalah di sini adalah informasinya yang tidak jelas dan sepotong-sepotong. Pokoknya sudah kayak Dora the explorer aja deh, informasi kok ada 3 clue : Jembatan, belok kiri, Terminal A. Belum lagi ditambah dengan perbedaan penggunaan kata dalam bahasa inggris, fiuh.... gak kebayang dah kalau yang ke sana tidak bisa berbahasa inggris dan bahasa mandarin sama sekali bagaimana jadinya ya ?!







No comments:

Post a Comment